INDONESIA, TERSERAH! (tulisan ke-34)
Hari ke-34
#TantanganMenulisGurusiana
Apa yang anda rasakan ketika melihat foto yang sedang viral, seorang tenaga medis memegang tulisan "INDONESIA??? TERSERAH!!! Suka-suka kalian saja. Saya pribadi melihatnya miris. Saya merasa ada rasa kecewa, kesal, marah dan pasrah yang tergambar dalam tulisan tersebut. Bayangkan jika kita jadi mereka, setiap hari berjibaku dengan pasien COVID-19 dengan APD lengkap yang pastinya tidak nyaman dipakai. Tapi apalah daya demi keselamatan diri sendiri dan juga pasien para nakes harus memakainya. Karena walaupun sudah memakai APD lengkap masih saja ada nakes yang meninggal dunia akibat terpapar virus. Setiap hari juga mereka menghadapi pasien yang berjuang mempertahankan hidup mereka. Belum lagi mereka harus berpisah dengan keluarga tercinta karena khawatir keluarganya tertular virus yang tak terlihat itu. Sudah tiga bulan lebih mereka harus berpisah dan hanya bisa berkomunikasi lewat video call.
Bagaimana perasaan mereka, ketika mereka berjuang mati-matian, masyarakat Indonesia malah cuek-cuek saja. Sebagian ada yang taat dengan tetap tinggal di rumah namun sebagian malah keluyuran. Hanya karena ada Restoran cepat saji yang tutup saja mereka berkumpul untuk mengabadikan momen yang bersejarah menurut mereka. Apakah itu lebih penting dari mempertahankan hidup? Ketika sang Idola meninggal dunia para fans berbondong-bondong menuju rumah sakit menunjukkan bela sungkawa.
Yang anehnya, ketika sebagian rakyat dilarang mudik sampai dirazia dan disuruh putar balik, bandara malah penuh dengan para pemudik. Memang sih syaratnya banyak untuk bisa naik pesawat, harus ada surat inilah surat itulah, tapi tahu sendirilah kalau masalah surat menyurat itu gampang didapat. Kebijakan yang simpang siur, masjid harus tetap tutup tapi bandara dibuka.
Apapun yang terjadi di luar sana, keselamatan diri adalah tanggung jawab kita masing-masing. Kita berkewajiban menjaga diri kita dan keluarga. Sayangilah diri sendiri, keluarga dan orang lain juga. Janganlah menjadi orang yang egois dan sombong. Merasa diri kuat akhirnya tidak mengindahkan protokol kesehatan. Bisa jadi kita kuat, tapi belum tentu orang lain. Jangan-jangan kita OTG atau Orang Tanpa Gejala, kita kebal virus tapi bisa menularkan ke orang lain yang sedang lemah daya tahan tubuhnya.
Manusia hanya bisa memaksimalkan ikhtiar dan berdoa kepada Allah agar dihindarkan dari musibah namun jika sudah ikhtiar maksimal dan tawakal namun Allah berkehendak lain maka itulah takdir yang terbaik.
Walaupun tetap di rumah, ibadah jangan dikasih kendor. Apalagi di hari-hari terakhir ramadhan. Maksimalkan setiap menitnya untuk ibadah dan memohon ampunan Allah Swt . Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi; ketika ramadhan berlalu namun dosa kita belum diampuni. Na'udzubillahi min dzalik.
Gunung Sindur, 18 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Itu wujud keputus asaan tenaga medis bu... sangat disesalkan, masih banyak masyarakat yang tidak peduli.
Betul pak