Arofah Berbisik Bagian ke-50
Arofah Berbisik
Oleh
Enge Rika Lilyana, S.Pd
Pertanyaan Mefa yang begitu menggugah pikiranku menyadarkan arti keberadaan yang sesungguhnya. Siapa sebenarnya yang paling membuat seseorang berarti? Tentunya kembali pada hati kita seperti apa kita memandang. Mefa bagiku adalah orang itu. Begitu beningnya hati Mefa hingga menuntunku untuk menjadi manusia dalam arti sebenarnya meskipun dari hitungan usia aku dan Mefa masih terlalu ranum.
Keadaanlah yang membuat aku dan Mefa harus mencari jawaban kehidupan ini. Tentang tujuan hidup dan siapa sebanrnya yang membuat kita hidup. Itu hal-hal yang mengganggu dan harus dicari solusinya. Rasa penasaran itu justru yang membuat gelora hidup semakin menjadi. Bagaimanapun segala harus terus berjalan tanpa menyampingkan hal yang lain.
Mefa kerap bertanya hal yang kadang aku tak bisa menjawabnya. Tentang apa dan siapa yang ada di dalam masjid. Yang aku tahu hanya tangga-tangga dan deretan sandal saat menunggu Ijon. Selebihnya mungkin siapa yang berjualan atau tukang parkir di masjid. Aku terlalu kecil untukmengartikan makna masjid bagi orang-orang yang masuk karena aku sendiri tak paham. Aku hanya sering dengar dari Ijon tentang masjid.
Kalaupun aku nanti ingin masuk ke sana pasti saat aku betul-betul ketemu Tuhanku. Bukan hanya sekadar masuk untuk memenuhi ruangan tanpa arti. Aku perlu yakin bahwa memang aku memilih jalan yang takdirku aku harus ke situ. Pertama memang aku dan Mefa tak ada hal yang menghubungkan aku dengan tempat yang bernama masjid. Aku dulu dan Mefa hanya mengenal sekolah minggundan beribadah.Takdir saja yang menjadikanku begitu. Ornag tuaku yang menuliskan apa yang telah terjadi padaku.
Namun entah bagaimana semua yang tertata rapi harus koyak karena badai yang sengaja papa ciptakan dalam kehidupan kami.Mama lebih banyak diam dwngan kondisi yang tak diharapkan. Semua berubah sekejap mata. Aku dan Mefa harus terpisah karena keadaan. Aku ikut saudara jauh dan Mefa bersama kakek dan nenek dari mama.
Keadaan terpecah belah menghancurkan sebagian mimpi kecil kami. Mama masih terus tenggelam dalam dukanya ketika tahu papa terus berlari ke jalan yang tak ada kami di sana. Papa sibuk dengan tokoh lain. Aku tak hendak protes ketika semua berubah.
Entah angin dari mana yang membuat mama terus pergi jauh dari kehidupan papa. Sejak berbulan-bulan kepergian papa mama bermetamorfosa menjadi pribadi baru yang kuat. Menjadi perempuan tangguh dengan kepribadian yang kuat. Inj awal bagaimana mama bisa bersama dengan Haji Syamsuri. Semua memang telah menjadi suratan takdir.
#bersambung#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pengalaman yang keren dan menginspirasi bu..
Terima kasih menginspirasi. Cerpen yg keren Bun sukses selalu buat Bunda
Sudah saya folow.
Setiap badai.pasti akan ada waktunya dan.aku yakin semua mendewasakan. Mefa juga terus belajar menerima kebaikan Tuhan lewat sakit dan perpisahan orang tua kami. Tuhan pasti punya alasan.
Semoga setiap tokoh bisa mengambil hikmahnya. Salam literasi, ditunggu lanjutannya ya bun! Sehat selalu.
Terima kasih bunda sayang...semoga bunda Rina selalu diberi kebarokan umur dan sehat selalu
Waow banyak pelajaran yg sy dapat, terimakasih Bu, lanjut bu
Lanjut ibu, barakallah
Masha Allah, tabarakalllah, tulisan yang menginspirasi. Diksi yang membuat hanyut dalam alur dan suasana cerita. Sarat makna kehidupan. Pokoknya aku padamu.