Enggrasedes, M. Pd

Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar. Menggeluti profesi guru sejak tahun 1992. Diangkat sebagai PNS dengan penempata...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebetulnya ‘Mantap’ Bukan ‘Mantab’

Sebetulnya ‘Mantap’ Bukan ‘Mantab’

Kata ‘mantap’ temasuk kata yang cukup banyak digunakan untuk memuji, menyatakan setuju, ataupun untuk memotivasi sesorang. Kata ini seakan-akan sudah merupakan ungkapan yang sangat populer untuk merespon baik bahasa lisan maupun tulisan.

Menurut KBBI, kata ‘mantap’ mempunyai arti tetap hati, kukuh, kuat dan stabil . Tetapi, menurut analisa ringan saya, sewaktu kata ini digunakan untuk merespon suatu ungkapan ataupun penggalan bahasa, seakan-akan kata ini bergeser artinya menjadi bagus, keren, luar biasa, bravo, dan lain sebagainya yang mempunyai arti yang berdekatan.

Kata ‘mantap’ berakhiran fonem /p/ yang sama-sama masuk ke dalam kategori bunyi bilabial dengan fonem /b/. Fonem bilabial adalah fonem yang artikulasinya menyebabkan terjadinya penyempitan kedua bibir kita atau bertemunya kedua bibir tanpa ada udara yang keluar dari rongga mulut.

Memang sulit membedakan bunyi fonem /p/ dengan fonem /b/ kalau kedua fonem ini sama-sama terletak diakhir subuah kata. Sesungguhnya kalau kita amati dengan seksama, terdapat sedikit perbedaan antara bunyi fonem /p/ dan fonem /b/ disaat berada diakhir sebuah kata. Bunyi fonem /p/ diproduksi dengan penyempitan kedua bibir yang lebih ketat dibanding dengan fonem /b/. Namun didalam menuturkan behasa sehari-hari hampir tidak kelihartan bahwa kedua fonem tersebut memiliki bunyi yang sedikit berbeda.

Saya menduga mungkin itulah sebabnya sebagian orang menuliskan kata ‘mantap’ dengan ‘mantab’.

Demikian juga halnya dengan kata ‘tekad’ yang sering ditulis ‘tekat’. Sebenarnya proses artikulasi bunyi fonem /d/ tidaklah sama dengan fonem /t/. Fonem /d/ termasuk bunyi palatal sementara fonem /t/ termasuk bunyi dental. Bunyi palatal diproduksi dengan menempatkan bagian depan lidah di dekat atau pada langit-langit keras. Bunyi dental diproduksi dengan cara menyempitkan atau menyentuhkan ujung lidah dan gigi.

Karena terdapat kemiripan dari bunyi kedua fonem ini, maka kata yang seharusnya dituliskan ‘tekad’ ditulis menjadi ‘tekat’.

Demikianlah analisa tipis-tipis saya berdasarkan ilmu yang pernah saya dapatkan di bangku kuliah dulu dan dengan bantuan KBBI.

Maka, bertekadlah saya untuk tetap mempermantap penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Mencoba menghindari keyakinan atas dasar kebiasaan, dan hanya yakin setelah berkonsultasi dengan KBBI.

Batusangakar , 7 Februari 2020

#tantanganmenulisgurusiana (Hari ke-22)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Good. Salam kenal.

09 Feb
Balas

Thanks Mam. Nice to know you. Semoga sht dan sukses selalu Ibu Karyani...

09 Feb

Betul mantab eh...bukan mantap yang benar. Semantap tulisan Bu Engg

11 Feb
Balas

Setuju, Bundo. Kita harus berakrab ria dengan KBBI agar tulisannya semakin mantafffff....eits....salah lagi, mantap, maksudnya. Kebiasaan tidak bisa dijadikan alasan untuk pembenaran. Jazakillah khoir, Bundo. Mantap, informasinya. Yuk, pasang tekad untuk selalu menulis dengan cara yang benar. Salam literasi. Semoga Bundo sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Bundo.

08 Feb
Balas

He he... begitulah bahasa itu lentur dan tidak kamu menurut konteknya. Justru kata 'mantafff' lbh memberikan kehangatan karena konteksnya Ibu... Mari kita samasama berakrabakrab ria dengan KBBI terutama untuk katakata serapan, seperti kata 'shalat' yang seharusnya ditulis 'salat'. Terima kasih Ibu atas kunjungan dan tanggapannya. Semoga sehat, bahagia dan sukses selalu. Barakallah... Ibu Rai.

09 Feb

#bahasa lentur dan tidak kaku.

09 Feb

Sayangnya...., untuk kata "shalat" meski menurut KBBI bukan bentuk yang baku, namun saya tak ingin mengubahnya. Saya tetap menggunakan kata "shalat", bukan salat. Untuk hal ini saya tak bisa menjadi penulis yang baik. Barakallah...., Bu Guru.

09 Feb

Nah itu dia Bu... Saya mencek KBBI utk kata 'shalat' sewaktu saya menulis buku pertama. Walau pada saat itu saya baru tahu penulisan sesuai KBBI adalah 'salat', namun ttp sj saya menuliskan kata 'shalat'. Kata serapan yg sangat akrab dg kehidupan religi kita tidaklah gampang kita ubah karena kita tau persis pelafalannya. Salah melafalkan akan merubah makna. Dlm hal ini tentu Al Qur'an lebih kuat dari KBBI. Sebenarnya tidak masalah kalau ttp kita pakai kata 'shalat' tetapi dg huruf miring. Bijakkah kalau demikian Ibu? Sebenarnya bagiku jg suatu hal yg dilatih jg. Mdhn dg saling berbagi kita dapatkan solusi yg tepat. Maafkan saya Bu, andai kata komentar saya diatas kurang berkenan. Semoga kt tetap dlm limpahan nikmatNya. Sehat, bahagia dan sukses selalu Ibu Rai.

10 Feb

#bagi saya suatu hal yang dilematis juga

10 Feb



search

New Post