ASN Harus Menjadi Penjaga Moral Bangsa
#TangtanganGurusiana
Hari ke-35
Keseriuasan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar meningkatkan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) benar-benar menjadi perhatian khusus. Hal ini dibuktikan agenda rutin pembinaan kepada seluruh ASN di lingkungan Kemenag. Pembinaan kali ini, dilaksanakan pada Selasa, 18 Februari diadakan di Kampung Coklat Blitar, yang disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jawa Timur, Dr. H. Ahmad Jayadi.
Dalam pembinaanya, beliau menyampaikan bahwa sebagai orang yang beragama, ASN harus bisa menciptakan kenyamanan, keamanan, bisa menjadi sumber rahmat, mampu berbagi kasih untuk alam semesta, senang mengajak bukan mengejek dan bersedia merangkul semua kawan bukan memukul. Hal ini karena ASN adalah alat atau instrumen negara. Maka dalam menjalankan tugas dan fungsinya (Tusi) harus senantiasa mawas diri dan senantiasa meminimalisasi hal-hal yang tidak dibenarkan atau tidak terpuji.
Sebagai instrumen negara, ASN Kemenag, dalam menjalankan tugas dan fungsinya sayogyanya mengambil tiga peran penting, yaitu, sebagai Aktor, setiap ASN adalah pelaku, pelaksana program dan kegiatan. Untuk itu keterlibatan aktif sesuai tusi adalah keniscayaan. Disamping itu, hendaknya masing-masing kita mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan kebersamaan.
Kedua, Representasi, setiap ASN yang mengemban tugas berperan sebagai wakil dan duta Kemenag. Oleh karenanya, profesionalitas menjadi sebuah keharusan, sehingga dalam menjalankan tugasnya bisa optimal dan lebih bertanggung jawab.
Ketiga, Perwujudan. Perwujudan ini merupakan gabungan antara aktor dan representasi. ASN Kemenag sebagai aktor yang mewakili institusi Kemenag menandakan perwujudan kongkrit menghadirkan lembaganya di tengah-tengah masayarakat. Untuk itu diperlukan keistiqomahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, orang nomor satu di lingkungan Kemenag Jatim ini mengajak ASN mengambil dari ilmu tajwid yaitu Idhar, bahwa segala sesuatu yang dikerjakan ASN itu harus jelas, bisa dipertanggungjawabkan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kedua, Idghom, yaitu ASN harus bisa membaur, mampu mengakomodasi saran dari berbagai pihak dan meyukai kebersamaan. Ketiga, Iqlab, yaitu berani mengganti dari yang tidak baik menjadi lebih baik. Berani berinovasi, mencipta hal-hal baru yang lebih bermanfaat. Keempat, Iqfa, artinya samar, ASN harus siap meminimalisasi kegaduhan yang memungkinkan akan terjadi. Bisa bersikap bijak dan cerdas dalam menyikapi peristiwa dan informasi.
Pesan khusus bagi ASN yang bertugas sebagai pendidik. Guru jangan hanya membelajarkan tentang ilmu pengetahuan atau kognitif. Misalnya mengajar tentang iman, islam dan ihsan, akan tetapi seorang guru harus bisa mengajarkan bagaimana mendidik berakhlak, mendidik beriman, berislam dan berihsan. Agar guru bisa menjadi model bagi siswanya, harapannya siswa akan meniru model-model dari seorang guru untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-harinya.
Demikian, semoga ASN Kemenag Kabupaten Blitar akan bisa senantiasa menjadi aparatur negara yang hebat bermartabat, mampu menjadi penjaga moral bangsa. Amin.
Blitar, 18 Februari 2020
Enik Rusmiati, S.Pd.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Setuju Bun, sayangnya produsen guru atau universitas pengelola program pendidikan, tidak menyiapkan calon pendidikan berakhlak baik, terbukti pada saat ini, byk mahasiswa/i program pendidikan sudah TDK memperdulikan tata pakaian dari seorang mahasiswa pendidik, sementara di luar byk yang menjadi praktisi meskipun bukan dari profesi.