#TantanganGurusiana

Hari ke-16

Hari ini merupakan hari yang spesial, hari dengan penuh kebahagiaan lahir batin, suasana bahagia yang belum bisa saya temukan diksi yang tepat untuk mengungkapkanya. Yaps, berkat rahmat Allah SWT, tadi pagi tiba-tiba ada pesan whatsapp bahwa saya diminta hadir ke kantor Indonsat Surabaya. Mak deg, jangan-jangan saya dapat juara lomba menulis artikel Internet Pendidikan ini? Lalu saya menelpon ke nomor tersebut, dan Alhamdulillah..Maha Besar Allah, ternyata benar, saya salah satu dari ketiga pemeng tersebut.

Hari sebelumnya saya sudah dibuat bahagia, ketika membaca pengumuman bahwa saya telah masuk 52 pemenang karya tulis yang lolos masuk dalam buku Antologi Internet Pendidikan untuk Indonesia Lebih Baik. Tidak disangka, Allah masih memberikan anugerah yang lebih membahagiakan lagi, yaitu juara dua.

Saya tidak pernah menyangka kalau karya tulis saya akan lolos dari ketelitian tim juri Medi Guru, karena apa yang saya tulis itu sebenarnya sangat sederhana, yaitu tentang kegiatan saya dan siswa kelas menulis daring MTsN 2 Blitar sejak Maret 2019 lalu.

Awalnya saya hanya ingin melayani siswa yang tidak bisa ikut ekstra kurikuler jurnalistik. Karena waktu ekstra tersebut hanya tiap hari Sabtu, jd siswa tidak bisa ikut ekstra lebih dari satu. Karena itulah ekstra jurnalistik belum bisa mewadahi siswa yang ingin belajar menuliis. Selain itu, motivasi siswa belajar menulis karena ingin tulisannya di terbitkan majalah sekolah.

Kondisi ini, saya bicarakan dengan pimpinan, bahwa saya berinisiatif membuka kelas menulis. Alhamdulillah, pimpinan mendukung keinginan saya. Selanjutnya, saya umumkan ke seluruh siswa, siapa saja yang ingin belajar menulis daftar di perpustakaan, gratis. Kebetulan saya juga diberi tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan. Dan wow..luar biasa, ternyata ada 32 siswa yang mendaftar. Ini di luar dugaan saya, ternyata hasrat menulis sisw itu juga besar.

Langkah berikutnya saya mulai eksekusi bimbingan menulis, bimbingan menulis ini dilakukan setiap hari senin sampai kamis, pukul 14.00 s.d. 15.00 di perpustakaan.

Pada mingggu pertama dan kedua, siswa saya biasakan suka membaca terlebih dulu, melalui buku-buku yang ada di perpustakaan. Karena tanpa budaya membaca maka penulis tidak akan bisa "menggigit" pembaca dengan diksinya yang tajam.

Selanjutnya baru praktik dan teori menulis. Namun ternyata waktu satu jam tidak cukup, akhirnya kami sepakat buat grup whatsapp. Nah, di grup inilah, kami bisa berdiskusi, saling mengirim pesan, saling memberi komentar dan saling membantu mengedit. Meski tidak jarang juga kami selingi dengan candaan.

Jenis tulisan siswa pun beragam, ada fiksi dan non fiksi. Untuk fiksi ada cerpen, puisi dan novel, sedangkan non fiksi ada traveling, kuliner, lingkungan hidup dan kesehatan. Siswa mengirimkan karyanya ini tiap satu judul teks, juga melalui grup ini.

Membaca tulisan siswa ini, saya sering dibuat gemes, karena tata bahasa dan tanda bacanya yang masih berantakan. Namun sering juga dibuat geli, dengan kuluguan dan kelucuanya. Ya, saya maklumi saja karena masih kelas tujuh dan delapan. Kuncinya harus tetap sabar dan telaten.

Alhamdulillah, dari ketekunan siswa ini, dalam waktu satu tahun mereka bisa menerbitkan 14 judul buku, ada kelompok dan ada yang sendiri. Melalui media menulis ini, ternyata anak-anak ini mampu mengungkapkan kekaguman, keprihatinan dan kebanggaanya dengan lingkungan mereka.

Bangga dan bahagia rasanya bisa melihat siswa yang kita bimbing bisa berkarya. Dari pengalaman itulah saya buat artikel tentang Cerdas Manfaatkan Gawai, Terbitkan 14 judul buku.

Terimakasih Tim Media Guru dan Indosat. Semoga karya saya ini bisa bermanfaat bagi orang lain.

Blitar, 30 Januari 2020