Enik Rusmiati

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lihatlah, Karakter Mulia Anak itu juga Hasil Didikan Guru

#TantanganGurusiana

Hari ke-45

Lihatlah, Karakter Mulia Anak itu juga Hasil Didikan Guru

Hari ini saya mendatangi undangan technical meeting (TM) perlombaan debat wawasan kebangsaan yang diikuti oleh beberapa siswa dari sekolah saya, di salah satu SMKN di kota saya tempat saya mengajar. Ketika masuk gerbang sekolah, sudah ada dua siswa yang menyambut saya dengan senyuman yang amat ramah.

“Assalamualaikum ibu?”

“Waalaikum salam.”

“Apakah Ibu peserta TM?” tanya salah satu siswa itu dengan senyum yang masih mengembang.

“Betul, di mana tempatnya ya mas?” tanyaku

“Ibu parkir dulu di sebelah sana, nanti saya antar.”

Selanjutnya saya menuju tempat parkir, dan kedua siswa tadi mengikuti kami. Setelah selesai parkir, mereka mendekat dan menyalami kami dengan tawadhu.

“Mari Bu saya antar menuju lokasi TM?”

“Tidak usah mas, tunjukkan saja di ruang mana, nanti ibu akan cari sendiri,” jawabku, pikirku kasihan juga kan kalau dia harus bolak balik mengantar para tamu.

“Tidak ap-apa bu, mari saya antar,” dia bersikukuh untuk mengantarkan kami berdua, karena saya memang bersama seorang teman.

Rupanya ruang yang digunakan TM cukup jauh dari tempat parkir. Setelah sampai di sana, tamu para undangan masih sepi. Tidak ada salahnya kalu saya ke toilet dulu.

“Oh iya mas, toilet di mana ya?”

“Di sana Bu?” jawab siswa tadi sambal menunjuk kearah selatan, dekat mushola.

“Mari Bu saya antar?” lagi-lagi dia menawarkan jasanya untuk mengantar kami. Sama seperti tadi, saya juga menolaknya, tapi dia tetap mengantar kami sampai lokasi.

~~~

Setiap orang tua pasti mendambakan seorang anak berkarakter mulia, berkepribadian menraik. Siapapun pasti senang bila berkomunikasi dengan siswa yang saya ceritakan di atas, ramah, murah senyum, hormat, rendah hati dan suka menolong. Perilaku siswa tersebut sudah bisa dipastikan karena hasil didikan orang tua dan campur tangan seorang guru.

Namun beberapa hari yang lalu, kita mendapatkan kabar bahwa wajah guru tercemar oleh beberapa kasus, guru memukul siswa, guru melakukan pelecehan seksual dan beberapa guru yang harus berurusan dengan pihak kepolisian karena di anggap lalai dalam melindungi siswa dari bahaya dalam kegiatan pramuka. Sudah menjadi budaya masyarakat kita, bahwa sesuatu yang jelek itu mudah sekali menyebar dan pendengar yang tidak suka, cenderung membesar-besarkan peristiwa tersebut.

Padahal sisi baik seorang guru masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan beberapa kesalahan yang didengungkan. Seperti pepatah, nila setitik merusak susu sebelanga. Kesalahan sedikit tetapi telah mencoreng, menyalahkan dan menghinakan citra seorang guru. Di media sosial, televisi, surat kabar dan di obrolan tetangga, kita dengar berita miris tentang guru yang kurang sedap.

Bukankah sikap ramah dan santun siswa yang saya ceritakan diatas juga produk didikan seorang guru? Siswa tersebut tidak akan bersikap seperti itu tanpa didikan dan pembiasaan yang baik dari guru-gurunya. Kita semua tahu kan bagaiman gaya anak zaman now.

Di tangan guru-guru yang berhati lembut, perilaku siswa yang arogan, cuek dan semau gue bisa diubah menjadi manusia berkarakter sopan dan santun. Di tangan guru-guru cerdas juga, anak-anak yang belum menemukan kemampuanya menjadi bisa berkembang sesuai minat dan bakatnya. Di pelukan guru-guru yang bijak, anak-anak yang dirumah tidak mendapatkan kasih sayang karena kesalahan orang tuanya, mereka bisa mendapatkan kasih sayang yang tulus dan ihlas sehingga bisa menjadikannya manusia yang dewasa.

Tentunya masih seabreg keistimewaan seorang guru untuk anak-anak kita. Saya juga seorang guru, namun faktanya untuk urusan-urusan tertentu anak-anak saya lebih nurut kepada gurunya. Seperti cara belajar, memilih sekolah dan cara berorganisasi. Ini membuktikan bahwa peran guru dalam membentuk kepribadian anak berbanding lurus dengan peran orang tua. Orang tua membutuhkan guru untuk mengantarkan anak-anaknya meraih cita-cita. Pun sebaliknya guru butuh kerjasama yang baik dengan orang tua untuk mempermudah tujuan pendidikan tercapai.

Tidak bisa dipungkiri, kalau seorang guru itu berperan penting dalam tumbuh kembang si anak. tidak ada guru satu pun yang berniat mencelakai atau bahkan menghilangkan jiwanya. Kalau pun musibah itu terjadi karena sebuah ketidaksengajaan.

Demikian, semoga kita sebagai pendidik tetap diberi kesabaran dan kukuatan untuk tetap tabah mengantarkan anak-anak bangsa ini menjadi masyarakat yang bermartabat. Amin.

Blitar, 28 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post