Maafkan Agiel, Ibu
#TantanganGurusiana
Hari ke-20
Pagi ini Agiel bangun lebih pagi dari biasanya, karena dia bersama kelima teman-temanya terpilih mewakili SDN Sabrang 5 untuk mengikuti olimpiade MIPA tingkat kabupaten. Sebelumnya tim ini memang telah memperoleh juara 1 tingkat kecamatan.
Setelah berkemas semua perlengkapannya Agiel berpamitan kepada kedua orang tuanya.
"Agiel berangkat ya pak, bu, mohon doa restu semoga Agiel bisa mengerjakan soal dengan lancar," pamit Agiel seraya mencium punggung lengan bapak dan ibunya.
"Iya nak, bapak dan ibu selalu mendoakanmu, hati-hati di jalan ya," kata ibunya dengan mencium kedua pipi Agiel yang sedikit tembem.
Agiel mengayuh sepeda federalnya menuju sekolah, karena rencanaya akan di antar oleh pak Jamal dan Ibu Asri, guru matematika dan IPA mereka.
Agiel sengaja lewat jalan desa, agar tidak terlalu ramai, karena pukul enam sampai pukul tujuh pagi jalan besar selalu padat. Sambil mengendarai sepedanya, Agiel masih saja menghafal beberapa bahasa latin tumbuh-tumbuhan dan hewan pada pelajaran IPA. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara motor meraung kencang, Agiel sedikit kaget, buru-buru dia mengarahkan sepedanya menuju pinggir jalan.
Namun malang bagi pejalan kaki yang ada di depan Agiel. Seorang ibu setengah baya dengan menggendong jajanannya tersenggol pengendara yang ngebut.
Braaaakkk... setir motor tadi menyenggol rinjing dan ember ibu tadi. Sontak ibu tadi jatuh terguling dan kue-kue berantakan di jalan. Sedangkan pengendara motor tadi berlalu, hanya menoleh saja.
Agiel berhenti, dalam pikiranya dia bimbang, apakah dia harus menolong ibu ini atau meneruskan perjalanan ke sekolah. Karena ini jalan sepi, jauh dari rumah penduduk, juga kebetulan tidak ada orang lewat.
Bila dia menolong ibu ini, pasti akan terlambat mengikuti perlombaan. Namun bila ibu ini tidak ditolong, kasihan, karena memang tidak satu pun orang yang melewati jalan setapak pinggir desa ini. Agiel semakin gelisah ketika dia melihat jam di tanganya sudah menunjukkan pukul 6.20 menit, padahal sepuluh menit lagi harus berkumpul di sekolah.
Akhirnya Agiel memutuskan menolong ibu yang terkena musibah ini.
"Ibu tidak apa-apa kan?" tanya Agiel sambil memunguti jajanan aneka gorengan yang berserakan di jalan.
"Tidak apa-apa nak, sudahlah kamu segera berangkat ke sekolah, nanti terlambat," jawab ibu tadi dengan memegangi kaki kananya, rupanya motor tadi telah membuat kaki ibu ini lecet.
"Tidak apa-apa bu, menolong ibu jauh lebih penting, pemuda tadi tidak mau bertanggung jawab, masak membiarkan ibu dalam keadaan seperti ini," gerutu Agiel.
"Begitulah nak pemuda zaman sekarang, tapi kamu anak yang baik, padahal kamu masih kecil, tapi hatimu seperti orang dewasa," ibu tadi kagum melihat kesigapan Agiel membantu mengemasi dagangan dan menuntun ibu ke pinggir jalan.
"Kata bu guru kita harus menolong orang yang sedang kesulitan dan kesusahan bu, siapa saja itu, ibuku juga selalu berpesan begitu, tidak boleh mementingkan diri sendiri," jawab Agiel sambil menuntun ibu tadi.
"Oh iya nak, namamu siapa? Kalau ibu, panggil saja bu ikah, ibu menjual kue di TK Al Hidayah, dekat Masjid itu," bu Ikah menunjuk masjid di seberang sawah di depan kamu.
"Saya Agiel Bu, saya siswa SDN Sabrang 5," jawab Agiel sambil membereskan dagangan bu Ikah.
Setelah, semua dagangan bu ikah diberesi, Agiel pamit, karena sudah ada beberapa orang yang berhenti ingin membantu bu ikah.
"Baiklah bu, saya berangkat dulu ya," Agiel berpamitan.
"Iya nak, terima kasih, hati-hati ya nak," bu Ikah memandang punggung Agiel sampai di pertigaan dan Agiel belok ke arah sekolahnya.
Tiba di sekolah, ternyata rombongan sudah berangkat. Agiel diberitahu pak satpam bahwa tadi Agiel lama di tunggu, dan pak satpam mendapat pesan bahwa beliau yang akan mengantar Agiel ke Gedung Kabupaten.
Akhirnya Agiel berangkat diantar pak satpam. Sesampainya di lokasi, lomba sudah berjalan lima belas menit. Agiel di antar pak satpam menemui gurunya dan menjelaskan kenapa sampai terlambat. Akhirnya Agiel boleh ikut mengikuti perlombaan, namun Agiel tidak bisa menjawab semua soal karena waktu keburu selesai.
Perlombaan selesai, pengumuman juara akan diumumkan besuk pagi dalam upacara. Semua peserta harap hadir dan ikut upacara.
Agiel pulang ke rumah dengan wajah lesu, dia takut ibunya marah karena tidak bisa membawa kejuaraan. Meski belum pengumuman, tapi Agiel yakin tidak akan mendapatkanya, karena ada separo soal belum dikerjakanya.
Agiel sampai rumah, mengetuk pintu, lalu ibunya membuka pintu rumahnya.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikum salam, Agiel, gimana? Bisa mengerjakan semua nak?"
Mendengarkan pertanyaan ibunya, Agiel menunduk lesu, ada air yang menggenang di pelupuk mata Agiel.
"Maafkan Agiel Bu, tadi Agiel terlambat, jadi tidak bisa mengerjakan semua soal, karena Agiel harus menolong seorang ibu yang tertabrak lari, waktu berangkat ke sekolah," jelas Agiel dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
Tiba-tiba ibu langsung memeluk Agiel dan menciumi kedua pipinya, "Agiel, hari ini anak ibu sudah menjadi sang juara umum, karena telah mengalahkan kepentingan dirinya sendiri untuk menolong orang lain, Agiel hebat."
Agiel kaget, mendongak ke arah ibunya, "Jadi, ibu tidak marah?" tanya Agiel.
"Kenapa marah? Justru ibu bahagia dan bangga, mempunyai anak yang peduli dengan orang yang sedang ditimpa musibah."
"Terima kasih ibu," Agiel segera memeluk ibunya lebih erat lagi.
Blitar, 3 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar