#TantanganGurusiana365

#HariKe320

Kau Banding Aku

Eni Meiniar

Pagiku

Berdaster biru tanpa gincu meraup rutinitasku dengan ikhlas

Di setiap kali pintu itu menutup diiringi lambaian tanganku

Kembali kuberjibaku mengelilingi sudut-sudut rumah yang belum terjamah,

Sampai kau ketuk pintu di letihmu.

Kau banding pagiku:

Taklah memuaskan hati. Penyajian kata terlalu hambar. Penulisan puisi bukan seperti itu!

Siangku

Kudandan. Gincu pink merona. Kelap-kelip dibias mata. Berbaju pesta melangkah.

Tak-tik-tuk. Tak-tik-tuk. Tak-tik.

Sepatu hak tinggi, melambung membubung, berputar-putar bak Cinderella

Kau banding siangku:

Jangan dulu menggunakan kata kiasan bila kita tak bisa merangkainya

Maknanya melompat-lompat, mubazir!

Pakailah uraian kata yang sederhana mudah disimak dan lugas

Soreku

Ragu. Berdaster ber-make-up tebal, berjalan tak tentu arah

Kembali ke rumah atau melanglang buana

Menyebar dengan gaun pesta atau baju kerja

Apa guna sepatu hak tinggi kalau nyaman bersandal jepit?

Kau banding soreku:

Ini bukan puisi! Berkali kuberkunjung, berkali kuharus baca ulang

Sebait nyambung sebait sumbang

Kau mentahkan lagi!

Malamku

Berserakan di peraduan yang awut-awutan

Daster, baju kerja, busana pesta, sepatu hak tinggi, sandal jepit

Pelangi menjelma di ceceran gincu dan make-up menumpah

Kurebah di kelopak mata memberat

Beri aku waktu terlelap dalam polosku bermimpi tentang puisi

Kau banding malamku:

Sulit kucari simpulan, tak temui ujung pintalan puisi yang kau maksud

Esokku

Masih kau banding aku?

Kan kureguk kopi hingga ampas di beranda puisimu

Bengkulu, 2 Desember 2020.