Eni Siti Nurhayati

Assalamualaikum Wr.Wb. Tak kenal maka tak sayang, Perkenalkan, sekuntum bunga senja dari ujung timur Jawa Timur menyapa. Sudah sangatlah terlambat tuk ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerpen ke-13BERKATA JOROK? OH, NO! (Tantangan Menulis 60 Hari Gurusiana)-44

“Bu guru, Alfan lho suka berkata jorok. Tiap kali habis bicara, dia selalu ngucap jorok. Kan nggak boleh, ya Bu?” ucapku keras-keras. Biar kapok tuh si Alfan. Masak setiap hari ngomong jorok ke teman-teman. Hari ini ke aku sendiri malah!

Ceritanya begini, aku kan sedang ngobrol, membicarakan tentang persiapan ujian praktik, eh sedang enak-enaknya ngobrol, si Alfan mendekat.

“Kok aku tidak diberitahu….” Lalu keluarlah kata-kata joroknya. Pasti seperti itu. Kata-kata sejenis umpatan. Kata-kata yang bahkan andai kuucap di rumah, bisa kupastikan tangan ibu akan melayang menjewer telingaku.

“Alfan ayo ke sini,” undang bu guru.

“Tuh, dipanggil Bu Guru,” spontan kudorong dia dari ujung bangkuku. Eh, dia malah tersenyum. Bahkan si Alfan tanpa rasa bersalah melenggang maju.

Kalian pasti belum kenal Alfan. Dia murid pindahan saat kenaikan kelas kemarin. Rumah sebelumnya di Sidoarjo sana lho, selatan Surabaya.

Anak dari kota. Serba bisa sih. Pandai mengoperasikan komputer, mengerti istilah-istilah terbaru pada semua mata pelajaran. Juga maniak berkata jorok!

“Kok mau pindah ke desa, Fan?” tanyaku suatu kali.

“Di sini ya nggak terlalu ndesa lah, wong kalau mau naik bis setiap saat ada. Ya, sepi juga sih sedikit. Tapi seneng juga. Kebetulan ayahku mutasi kerja ke SMU Wonorejo sini.”

“Bisa nggak kalau bicara tidak mengucap kata-kata jorok? Risih di telinga, tau!”

“Ah, kamu memang cocok penjaga ketertiban, mbak ketua kelas. Iya iya…nggak akan kuulangi,” jawabnya ringan sambil berlalu.

Tapi hal itu tidak berlalu lama. Esoknya dia ulangi lagi, lagi, dan lagi!

“Alfan..., oh no! Stop ngomong joroknya!” jeritku tiap kali mendengar ucap joroknya.

Sewaktu jam istirahat berakhir, bu guru membuka pelajaran dengan bercerita.

“Anak-anak, tahu kan kalo kita hidup di Negara Indonesia yang sangat menghargai keberagaman. Bhinneka tunggal ika. Berbeda-beda namun tetap satu juga. Begitu pun adat istiadat, budaya, kebiasaan antar daerah juga.

Bahkan kosa kata bahasa daerah pun kita pun berbeda. Hal inilah yang membuat Negara kita menjadi unik, menarik, namun tetap bersatu di bawah naungan Negara kesatuan Republik Indonesia.

”Apa sih maksud bu guru?” pikirku. Begitu pun pikiran kawan yang lain. Kami saling bertatapan satu dan lainnya.

“Begitu pun kosa kata daerah tertentu. Tidak jauh-jauh. Sidoarjo dan kota kita hanya berjarak lima jam perjalanan. Namun memiliki kosa kata tertentu yang di daerah kita anggap tabu, ucapan jorok, tapi di kota Alfan kata-kata tersebut merupakan kosa kata sapaan akrab antar teman. Untuk menyapa, untuk mengakhiri percakapan,istilahnya…

“Nah, Alfan karena kawan-kawanmu tidak terbiasa dengan ucapan yang dianggap jorok seperti yang kita bicarakan tadi, Alfan harus menghargai perbedaan ini dengan menahan diri untuk tidak mengucapkannya di depan mereka. Bisa?”

Kulihat Alfan tertawa kecil dan mengangguk-angguk berkali-kali. Saat menoleh ke arahku, kuacungkan jempol buatnya.

Aku pun ikut mengangguk-angguk jadinya!

Catatan:

Kosakata yang dimaksud adalah jancuk, yang diucap di awal menyapa kawan akrab atau diucap di kala mengumpat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post