Eni Siti Nurhayati

Assalamualaikum Wr.Wb. Tak kenal maka tak sayang, Perkenalkan, sekuntum bunga senja dari ujung timur Jawa Timur menyapa. Sudah sangatlah terlambat tuk ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerpen ke-9 RATU NGEPIR (Tantangan Menulis 60 Hari Gurusiana) 41

Ratu Ngepir

“Cerita lagi, Bu kenangan saat SD dulu. Jangan keduluan diberitahu Bu Umi lagi, lho...,” rayuku kepada ibu malam ini usai belajar.

Ibu pun tersenyum misterius, sepertinya masih ada rahasia terpendam yang aku belum tahu!

“Ibumu jago berkelahi dulu,” kata ayah dari seberang meja.

“Benar, Bu?” tanyaku sambil terkikik. “Kok ayah tahu? Cerita, Yah.”

Ayah mengangkat bahu sambil beranjak ke kamar karena terdengar dering ponsel memanggil.

Mata ibu berkedip lucu. Hahaha, mbikin penasaran aja!

Ssttt, dengarkan cerita ibuku, ya?

***

Dulu, seragam sekolahku rok merah dengan atasan putih, dipakai tiap hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis, sedangkan hari Jumat dan Sabtu berseragam pramuka.

Satu hal yang masih melekat di hati hingga kini adalah kisah tentang rok sekolahku. Bukan kisah menyenangkan sih, tapi unforgettable pokoknya!

Tau kan, rokku terbuat dari kain tetoron. Kainnya tipis, halus, dan ringan. Rok tersebut dijahit model plisketan. Wah, aku senang sekali saat memakai pertama kali.

Meski bahan kainnya tidak setebal kain oswood milik Mbak Elok, ataupun kain famatex seperti roknya Supik, aku sudah merasa sangat senang. Rok baruku kupakai pertama kali setelah kenaikan kelas lima.

“Rok ini harus cukup sampai lulus SD,” begitu kata ibu saat baru diambil dari tukang jahit, ibu Kokom temanku, kelas 6B.

Apa mau dikata, kain tetoron itu juga bersifat menggulung ke atas, terutama pada bagian belakang yang selalu kududuki. Ngepir istilahnya. Nah, pertengahan kelas enam, rok bagian belakangku makin bergulung tinggi, ya.. ngepir duajarilah mungkin. Lucu, begitu.

Suatu hari, Kokom mengejekku dengan berkata,”Ratu ngepir..ratu ngepir” tiap kali bertemu. Bahkan lama-lama kawan-kawan yang lain ikut mengolok-olok dengan kalimat yang sama. Secepat angin, terkenallah aku dengan sebutan ratu ngepir di seantero SD.

Terdorong perasaan malu, suatu pagi kuhampiri Kokom di kelasnya.

“Kom, aku tidak pernah mengejekmu. Kok kamu seenaknya saja mengejekku?” tanyaku sambil merenggut bajunya bagian depan.

“Aku kan tidak mengejek. Kenyataan kan kalau rokmu itu ngepir,” jawabnya tanpa ada rasa menyesal.

Kemarahanku memuncak. Kudorong Kokom dari bangku depan, dia terjatuh, hingga tiga bangku belakangnya bergelimpangan. Kokom tidak tinggal diam. Dia bangkit dari tempatnya terjatuh, ganti menyerangku. Terjadilah perkelahian seru dan menjadi tontonan gratis, hingga perkelahian ini berakhir di ruang guru!

“Kom, sikapmu salah dengan bergurau berlebihan, bahkan mengejek teman, ayo minta maaf,” kata bu guru di ruang guru setelah berhasil melerai perkelahianku dengan Kokom. Aku dan Kokom saling diam meski duduk berdampingan.

“Kamu juga salah, menyelesaikan masalah dengan berkelahi,” kata bu guru kepadaku. “Masalah tidak akan pernah selesai dengan berkelahi, mengerti?”

“Ayo, saling minta maaf. Kalau tidak mau saling memaafkan, ibu panggil orangtua kalian,” ultimatum bu guru menggelegar.

Aku pun bersalaman dengan Kokom meski dengan separuh hati tidak ikhlas. Apa mau dikata, sekiranya bapakku sampai datang ke sekolah, habislah pantatku dipukuli memakai pelepah daun kelapa. Begitu pun yang akan dilakukan bapak Kokom!

Siangnya aku pulang sekolah seperti biasa.

Di ruang tamu aku bertemu dengan ibu Kokom yang sedang bercakap dengan ibuku. Ada apa, ya? Hingga tangan ibu melambai kepadaku, saat kuselesai melepas sepatu.

“Mbak, ibu lho mendapat pesanan seragam SD kelebihan satu. Buatmu, ya? Kokom juga sudah ibu beri satu. Biar sama-sama baru, bisa dipakai ujian nanti,” kata ibu Kokom.

“Tidak usah beli, kemarin kan ibumu memberi banyak buah kelapa saat selamatan di rumah ibu,” kata ibu Kokom lagi. Ibuku tersenyum mendengarnya.

Setelahnya, ucapan terima kasih ibu kudengar berulang-ulang hingga ibu Kokom pulang.

Aku ternganga. Baik hati benar ibu Kokom kepadaku, padahal tadi siang anaknya berkelahi denganku?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post