Eni Siti Nurhayati

Assalamualaikum Wr.Wb. Tak kenal maka tak sayang, Perkenalkan, sekuntum bunga senja dari ujung timur Jawa Timur menyapa. Sudah sangatlah terlambat tuk ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerpen ke-6 SAYANGI NYAWAMU, KAWAN! (Tantangan Menulis 60 Hari Gurusiana) 38

Sayangi Nyawamu, Kawan!

“Kandi, aku sudah bisa naik sepeda motor lho sekarang,” bisik Rama, teman sebelah bangkuku. Gerak tanganku mengeluarkan buku dari tas terhenti.

“Benar? Kapan belajarnya?” tanyaku sambil mataku menatap lurus sumber suara. Uswah di sebelahku sibuk menyodok pinggangku dengan sikunya. Seakan berkata, jangan ngobrol!

“Kemarin. Belajar sendiri,” jawabnya bangga.

Sstt kita belum boleh naik sepeda motor, lho?” bisikku.

“Alah, kan naiknya hanya di jalan-jalan kecil, tidak di jalan raya. Aman. Kapan-kapan kamu kubonceng, ya?” pungkasnya.

“Kandi, Rama...kok masih bercakap-cakap, ayo perhatikan ke depan,” seru Bu Guru.

Aku dan Rama cepat-cepat memfokuskan pandangan ke arah bu guru yang sudah siap memulai pelajaran.

Sudah banyak teman laki-lakiku yang bisa naik sepeda motor. Anam, Saiful, Randra, dan sekarang, Rama. Tahu tidak, kadang-kadang ketika belajar kelompok di rumah teman, mereka membawa sepeda motor, lho...wah, keren sekali di mataku!

Tentu saja pak guru bu guru di sekolah tidak tahu. Anak kelas enam kan belum boleh mengendarai sepeda motor!

“Anak-anak, jalan bukanlah tempat bermain-main bagi kalian. Kalian masih belum cukup umur untuk mengendarai sepeda motor. Mengapa? Karena pada usia kalian ini, mengendarai motor masih membahayakan diri sendiri dan orang lain. Kalian belum siap secara fisik dan emosional untuk mengendalikannya. Banyak korban berjatuhan. Janganlah menjadi korban berikutnya!” maklumat dari bapak polisi ketika menjadi pembina upacara dulu masihlah terngiang di benakku.

Begitulah. Meski di rumahku ada dua sepeda motor, milik ibu dan ayahku, selama ini aku pun tidak tergerak untuk minta diajari. Toh, ke mana-mana sepeda miniku sudah lebih dari cukup untuk kunaiki. Hingga ucapan Rama di kelas tadi siang mengusikku.

“Yah, ajari aku naik sepeda motor, ya? Sekadar bisa saja. Aku janji tidak akan naik di jalanan” rayuku kepada ayah saat baru datang dari kantor.

“Belum waktunya, Kandi. Cukuplah ayah atau ibu mengantar ke mana pun kamu ingin pergi. Bahaya!” jawab ayah tegas!

“Tapi teman-teman laki-laki sudah banyak yang bisa, Yah. Biar aku jadi anak perempuan yang pertama bisa naik,” jawabku memrotes.

“Segala sesuatu ada waktunya, Kandi. Kalau ada apa-apa yang dimintai pertanggungjawaban itu orang tua, kamu masih belum cukup umur,” jawab ibu menengahi. Ucap ibu mirip kata pak polisi saja!

Hingga malam ini aku dikabari oleh Uswah. Kabar yang cukup mampu membuatku tidak berselera untuk makan malam.

“Kandi, Rama kecelakaan,” katanya.

“Kapan? Ceritanya bagaimana?” kejarku.

“Tadi sore, Rama kan membonceng Anam ke pasar untuk membeli layang-layang, eh, kamu tahu kan jalan ke arah pasar Kecik? Jalan desa tapi ramai sekali. Nah, sewaktu sampai di sana, Rama hendak menyalip sebuah mobil yang berjalan pelan, entah kecepatannya berapa, ternyata di depan mobil ada orang yang sedang menyeberang, Rama menabraknya.”

“Lalu?”

“”Ya, begitulah. Rama jatuh dari sepeda, Anam terlempar, pokoknya...” masih panjang lagi kudengar suara Wawan di balik telepon. Rupanya Uswah mendengar berita itu dari ibunya yang menjadi dokter di PKM Kencong.

Rama terluka parah, Anam masih pingsan, korban yang tertabrak juga luka-luka, kesimpulan ucap Uswah membuatku merinding mengingatnya.

“Siapa? Rama kecelakaaan?” tanya ibu tiba-tiba dari belakangku. Kuanggukkan kepala pelan.

“Masih ingin belajar naik sepeda motor?” ucap ibu lagi.

Kugelengkan kepalaku kuat-kuat!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post