MENERTAWAKAN KESESATAN
MENERTAWAKAN KESESATAN
Oleh: Enung Kartini
Cerita sebelumnya… Bu Mila dan Pak Sasono yang notabene seorang yang mengerti agama terbujuk rayu “syaiton” untuk melakukan “ikhtiar” agar putra kesayangannya bisa kembali ke rumah dan meninggalkan istri yang tidak direstui oleh mereka. Ikhtiar pertama mereka adalah mendatangi “orang pintar” di luar kota yang berakhir dengan tersesatnya mereka selama 4 jam di tempat yang mereka tidak ketahui. Berputar-putar seperti di dalam labirin. Setelah mereka sholat dan terus beristighfar menyadari kesesatan yang mereka lakukan, akhirnya jalan menuju pulangpun ditemukan. Sungguh kejadian yang aneh.
Satu tahun sejak kejadian itu, putra kesayangannya belum juga diketahui rimbanya. Rasa rindu kedua orang tua itu semakin mengharu biru. Bu Mila yang paling terpukul berusaha tetap berpenampilan ceria dan menutupi kesedihannya. Dia terlihat tegar. Pak Sasono yang sabar selalu menguatkan hati Bu Mila, karena ini tidak akan terjadi tanpa seizin Allah SWT, begitu nasihat Pak Sasono kepada Bu Mila.
Ketika ada perkumpulan keluarga, Syaitan kembali menyelinap di hati orang-orang yang sama kehilanngan putra kesayangan Bu Mila. Dari obrolan-obrolan yang ngalor ngidul akhirnya bermuara pada pembicaraan tentang Arman. Entah siapa yang memulai, hanya saja semua menyepakati untuk kembali melakukan “ikhtiar” pencarian melalui “orang pintar” lagi. Tapi tentu saja bukan yang setahun lalu dikunjungi. Karena terbukti tidak ada hasilnya, bahkan menyesatkan perjalanan mereka. Mereka mendapatkan alamat baru sang “orang pintar” lainnya. Bu Mila sebenarnya ragu untuk mulai melakukan hal seperti itu lagi. Pak Sasono bahkan tegas menolak.
Ketika sampai di rumah dari pertemuan itu, Pak Sasono menasihati Bu Mila agar tidak mengikuti anjuran saudara-saudaranya itu. Selama seminggu sejak pertemuan keluarga, Bu Mila merasa bimbang. Hati kecil yang selalu rindu kepada putranya mengatakan, tidak ada salahnya dicoba. Suaminya menasihati jangan pernah coba-coba lagi melakukan kesalahan yang sama, dengan mendatangi “orang pintar.” Pergulatan antara megikuti saran keluarga dan perintah suami sama-sama kuat di dalam hatinya.
Sepertinya rasa rindu pada sang anak, membuat Bu Mila “membandel” tidak menuruti nasihat dari suaminya. Dengan permohonan maaf dan doa Bu Mila bicara pada suaminya bahwa Minggu besok dia dan beberapa orang saudara dan kerabatnya akan mendatangi “orang pintar” kedua.
Dengan berat hati dan sedikit kecewa akhirnya Pak Sasono merelakan Bu Mila berangkat bersama keluargaya. Pak Sasono masih teringat bagaimana mereka tersesat sepulangnya dari “orang pintar” tahun lalu. Dia tidak ingin mengalaminya lagi. Dengan doa Pak Sasono mengiringi istrinya berangkat dari rumah. Pak Sasono berdoa kepada Allah semoga istrinya tidak tersesat lagi seperti tahun lalu, dan mohon ampunan juga untuk istrinya. Pak Sasono tidak ikut bukan hanya takut tersesat tapi lebih ke tidak mau melakukan kemusyikan lagi. Membiarkan Bu Mila berangkat bukan berarti Pak Sasono menyetujui kemusyikan tapi lebih karena mengerti perasaan istrinya yang sangat kehilangan putra tersayangnya.
Pak sasono sangat gembira ketika Bu Mila dan saudara-saudaranya sudah datang waktu hari masih terang. Alhamdulillah mereka tidak tersesat jalan lagi, begitu batin Pak Sasono. Ketika Bu Mila sudah isirahat dan saudara-saudaranya sudah pulang semua, Pak Sasono bertanya hasil kunjungan dari “orang pintar” itu. Bu Mila menceritakan hal-hal yang harus dilakukan oleh Bu Mila dan Pak Sasono sebagai orang tua yang kehilangan anaknya. Ketika Bu Mila sampai pada cerita benda yang diperlukan untuk ritual sang “orang pintar”, Pak Sasono memalingkan muka agar tawanya tak terlihat oleh Bu Mila.
Sebenarnya bukan benda mahal yang diperlukan untuk ritual tersebut. Bu Mila hanya disuruh membawa ikan asin jika nanti berkunjung kembali ke sana. Hanya ikan asin. Ikan asinnya harus ikan asin peda. Okey masih mudah. Banyak yang berjualan ikan asin peda. Tapi yang mebuat Pak sasono memalingkan muka adalah ikan asin pedanya harus yang matinya menganga (dalam bahasa Sunda: Peda Calangap…) Ya ampun membayangkannya saja Pak sasono sudah merasa lucu. memang ada ya Ikan Asin mati menganga? Akhirnya pertahanan Pak Sasonno untuk tidak tertawa bobol juga. Bu Mila yang awalnya serius akan mencari ikan asin peda menganga menjadi ikut tertawa ketika sadar apa yang diperintahkan si dukun.
Tetapi teman-teman ternyata Ikan asin peda menganga itu memang ada. Karena penasaran mereka mencoba datang ke tempat yang ditunjukkan oleh sang dukun. Setengah percaya setengah tidak, Pak Sasono dan Bu Mila mendapat jawaban “Ada Bu” dari pedagang yang memang menyediakan benda itu. Bahkan si Pedagang bertanya, “Ibu dan Bapak sedang punya ‘maksud’ Ya?”. Bahkan katanya, menganganya ada yang alamiah ada yang dingangakan. Ini membuat harganya berbeda. Sekarang Bu Mila dan Pak Sasono yang menganga. Dengan sopan dan minta maaf mereka mengatakan bukan mau membelli hanya ingin tahu saja. Mereka berlalu sambil terus tersenyum-senyum dan istighfar.
Justru ikhtiar tanpa melibatkan “orang pintar” yang membawa putranya kembali, bagaimana ceritanya? Tunggu lanjutannya ya teman-teman..
Salam literasi
Bandung, 8 Agustus 2020
Gambar diambil dari:https://www.bukalapak.com/p/food/makanan/ju0jl6-jual-harga-khusus-ikan-asin-peda-merah
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lucu dicari ikan menganga ya bu
Iya dasar dukun ada-ada saja...Terima kasih sudah mampir Mbak Rima
Saya kwekkel dengan peda mengaga alami dan tidak alami...jadi penasaran kelanjutan ceritanya. Salam Literasi ...
He he he.. Terima kasih sudah mampir Mbak Hermin
Hahah..."Orang pintarnya" lagi pingin makan ikan asin peda Bun. Yg menganga lebih centil kliatan, haha..Jd cerita lucu yah Bun..Keren deh cerbungnya
Iya dasar dukun ya ada-ada saja, nggak masuk akal Ha ha ha...Terima kasih Mbak Rizka yang baik...
Jadi lucu bu ceritanya. Keren bun. Salam sukses
Terima kasih Mbak Yessy...
Ikan asin enak tuh Bun.
Iya ya enak...Terima kasih Mbak Mardiawati...
lucu bun...keren..salam literasi..
Terima kasih Mbak Yenni atas kunjungannya...Salam
Hahaha..ikan asin buat makan orang pintar bun... keren ceritanya bun.. salam sukses selalu bun
"orang pintar" ada-ada saja...Terima kasih sudah mampir Mbak Solvia
Masuk cerpen Bun, sukses keren ceritanya
Benar ya bukan kolom...siap nanti diedit. Terima kasih Mbak Halifah, Salam literasi
Keren bu... Salam literasi....
Terima kasih Pak Dodi... Salam literasi
He...he...jujur ceritanya bikin ketawa....salam sukses bund
He he he terima kasih Mbak Titik....Salam.
Jadi malah pingin makan ikan asin peda
Ha ha ha....enak siang hari dengan sambal dan lalapan ya Bun...Terima kasih sudah mampir Bun...Salam literasi.
Ha..ha..ikan asinnya buat serap si dukun tuh!Keren Bun. Sukses selalu ya
Dukunnya ada -ada saja ya Bun he he e... Terima kasih sudah mampir Bunda...