PIAGAM PENGHARGAAN

Oleh: Enung Kartini

Sebuah kehormatan bagi saya ketika Ibu Kadisarpus (Kepala Dinas arsip dan perpustakaan) mengundang untuk menghadiri pembagian hadiah bagi pemenang lomba presentasi buku siswa SD dan SMP. Selain merasa terhormat saya juga merasa bangga. Merasa terhormat karena kami para guru yang berusaha konsisten mengawal kegiatan literasi di tingkat kabupaten diberi kepercayaan menjadi juri. Merasa bangga karena apa yang kami mulai dan usahakan mulai terlihat hasilnya.

Bertemu dengan Ibu Kadisarpus dan jajarannya serta para pemenanng lomba, merasa seperti ikan menemukan air. Dipertemukan dalam kegiatan literasi kami menjadi seperti sebuah keluarga.

Melihat para siswa pemenang lomba saya merasa sudah kenal lama. Kepada teman-teman tim juri saya bertanya tentang para pemenang, karena saya merasa tidak asing dengan mereka hanya saja saya lupa bertemu mereka dimana dan dalam rangka apa. Mereka mengatakan bahwa mereka pertama datang ke tempat pembagian hadiah ini juga merasakan apa yang kurasakan. Hanya saja mereka langsung sadar bahwa mereka bertemu peserta saat penjurian. Bukankah kita mengamati betul-betul mereka di video instagramnya? Oalah saya baru sadar itu.

Acara dimulai dengan pembukaan oleh pembawa acara. Dilanjutkan sambutan dari Ibu Kadisarpus. Pembagian piagam untuk juri dilakukan berikutnya. Selembar piagam yang hanya sehelai kertas dengan tulisan huruf besar PIAGAM PENGHARGAAN serta tertulis nama kami, memberi penghargaan yang tak ternilai. Karena kepercayaan orang kepada kita untuk jadi juri tidak sembarangan diberikan. Bukan untuk sombong saya mengatakan ini, tapi untuk mengajak pembaca memiliki sesuatu yang ditekuni dengan kesungguhan dan senang hati. Ketekunan akan memberikan hasil yang baik. Senang hati akan membuat ketekunan kita tidak menyiksa.Hal itu kami lakukan dalam kegiatan literasi. Karena itulah hampir setiap tahun kami dipercaya jadi juri dalam beberapa perlombaan.

Selain piagam penghargaan kami mendapatkan honor yang lumayan. Tidak ingin munafik, jujur kami merasa senang mendapatkannya. Namun sebenarnya ini adalah bonus materinya. Karena yang paling membahagiakan adalah melihat sumringahnya wajah pemenang ketika di panggil ke depan. Belum lagi guru pembimbing dan orang tuanya bersuka cita sambil mengucapkan terima kssih kepada panitia dan para juri.

Saya berharap kegiatan seperti ini bisa rutin di adakan. Bukan supaya saya diajak lagi sebagai juri. Terserah jurinya mau siapapun. Tapi karena kegiatan ini mendukung kegiatan positif gerakan literasi sekolah. Anak yang suka membaca biasanya memiliki pengetahuan lebih banyak dan luas. Kita sebut sebagai anak yang literat. Anak yang literat memiliki kepedulian lebih baik kepada lingkungan sekitarnya. Jadi betapa berartinya usaha mencerdaskan anak melalui kegiatan literasi khususnya membaca, menulis dan cerita.

Saya pribadi sebagai orang tua, sebagai guru dan sebagai pegiat literasi berusaha memantaskan diri dulu agar memiliki kualifikasi literat. Apakah saya sudah literat? Sepertinya masih jauh dari itu. Tetapi saya sudah memulai. Saya tidak ingin mengajak siswa untuk membaca tapi saya tak pernah membaca. Saya tidak ingin menyuruh anak menulis tapi saya tidak mau menulis. Saya berusaha untuk memulai diri diri sendiri.

Mencoba menerapkan ajaran dari Ustadz terkenal di Bandung yaitu Aa Gym, 3 M. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang. Mulailah dari hal-hal kecil. Selamat mencoba teman-teman.

Salam literasi

Bandung, 18 Juli 2020

Gambar diambil dari: https://www.lampost.co/berita-bupati-chusnunia-akan-berikan-penghargaan-opd-dan-asn-berprestasi.html