Culture Shock Merubahku
Culture Shock Merubahku
(Eny Elfitha)
Si Gadis kecil yang berasal dari sebuah desa yang mencoba melawan zona nyamannya. Gadis yang melawan streotype di desanya bahwa “Gadis Jawa Tempat nya di Dapur”. Dengan memikul harapan orang tua di pundak memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi dimana ia adalah cucu ke 2 yang akan berkuliah dari keluarga ayahnya. Seluruh semangat membara untuk melanjutkan sekolah semua didapatkan dari keinginan seorang ayah yang dulunya dapat menyelesaikan pendidikannya pupus di tengah jalan dikarenakan faktor “Ekonomi”.
Gadis kecil adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara yang telah ditanamkan sejak dini perihal pentingnya pendidikan untuk kualitas hidup selanjutnya dengan perkembangan zaman yang akan semakin modern. Gadis kecil telah menyelesaikan pendidikan SMA nya dan dengan segala upaya mencari informasi mengenai beasiswa untuk dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang ia tekad kan harus perguruan tinggi negri.
Dengan semangat yang membara, ia tidak malu untuk bertanya kepada kakak kelas yang sudah berkuliah, serta bolak balek mencari informasi melalui staff TU di sekolahnya mengenai ketersediaan beasiswa bagi siswa kurang mampu yang tetap ingin melanjutkan sekolah nya ke jenjang perguruan tinggi.
Gadis kecil nan berani berhasil masuk dalam 20 orang yang dipilih sekolah untuk mengikuti seleksi SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Ia juga bertekad untuk tetap bisa berkuliah dengan beasiswa.
Ternyata benar manusia hanyalah bisa merencanakan dan keputusan kembali lagi kepada sang maha penentu keputusan. Rezeky gadis kecil tidak lulus SNMPTN tetapi dengan hati yang menggebu gebu untuk berkuliah ia berani mengikuti SBMPTN dengan dibantu beasiswa bidikmisi melalui sekolah. Alhamdulillah takdir Allah sangatlah indah, gadis kecil lulus di PTN Universitas Malikussaleh Aceh Utara dengan beasiswa.
Dengan dasar sebagai orang Sumatera dengan tidak memakai jilbab adalah hal yang biasa, gadis kecil akan menetap tinggal di Aceh dengan agamis nya yang begitu ketat. Seminggu pertama disana istilah “Culture Shock” yang dulu hanyalah ia dengar ataupun baca melalui media, sekarang ia rasakan sendiri dimana ia harus memakai jilbab kemanapun bahkan ketika hanya akan menjemur pakaian. Kebiasaan mengaji serta suara mengaji dan adzan yang berlomba berkumandang ia dengarkan setiap harinya. Hal tersebut membuat teguh hatinya untuk mencoba memperbaiki penampilan baik dari segi pakaian serta jilbab, yang awalnya hal ini dilakukan karena keterpaksaan, tetapi menjadi hal yang positif gadis kecil rasakan hingga saat ini. Ketika dimanapun gadis kecil berada ia bisa tetap menjaga penampilannya, dan berdampak pada tempat kerjanya saat ini yang bernuansa islami, dimana ia tidak terkejut lagi untuk selalu menjaga aurat dilingkungannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam literasi dari Jember bunda