Kereta api itu kuat, kokoh. Tak bisa diajak bermain-main karena ada saatnya untuk main-main. Sebuah keberagaman dalam keteraturan. Mengikuti jalur sesuai dengan jadwalnya.

Syair lagu lama

Naik kereta api tut.. tut.. tut... siapa hendak turut ke Bandung.. Surabaya..

Bagi anak-anak kereta api adalah kendaraan untuk tamasya. Salah satu moda transportasi yang menyenangkan.

Kereta api tak lepas dari waktu. Kita akan menghabiskan waktu berlama-lama menantinya. Seiring dengan sesak napas diburu pekerjaan dan kegiatan. Sedetik saja terlambat kita tak mampu untuk mengejarnya. Adakalanya ia terlambat datang hingga akhirnya kita ketiduran.

Kereta api mengajarkan kesabaran. Ketika full, manusia bagaikan ikan sarden, minus oksigen dan panas. Kereta api miring kanan, miring kiri. Ada orang yang sedikit berteriak tandanya jarang naik kereta api.

Kereta api mengajarkan kesederhanaan dan "seharusnya" norma kesopanan. Para wanita tak perlu memakai high heels jika selalu berinteraksi dengan kereta. Ada ruangan khusus untuk wanita. Orang tua, disabilitas dan wanita hamil seharusnya diberi ruang untuk duduk.

Kereta api adalah heterogenitas. Bermacam manusia dengan segala kepentingannya ada disana termasuk mengais rezeki untuk kehidupan sehari-hari.

Pernah ingat sekelompok orang yang nekat foto di depan rel? adalagi yang rela duduk dibagian atas atap kelas ekonomi, biarlah asal gratis. Jangan bercanda dengannya, tak ada ampun bagi yang "suka main-main", Nyawa taruhannya.

Kereta api tetap menjadi alternatif transportasi terbaik, bebas hambatan tanpa macet, pilihan bagi yang takut naik pesawat (saya jadi ingat salah seorang dosen).

Kereta api mengajarkan banyak hal.

Hal ini membuat saya rindu naik commuter line dan menunggu hingga ketiduran. Mudah-mudahan ada kesempatan naik KRL yang ada di Jepang atau Korea. Penasaran