Tagur ke-18

Setelah tamat SMEA Ega kembali ke Jawa . Ega tinggal bersama Neneknya , Ibunya menikah lagi dan masih tingggal di Lampung. Setahun Ega menganggur dan tidak mau untuk kuliah ,meski pamannya yang di Lampung meminta untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, ia tak mau pamannya terbebani.cukuplah paman telah membiayai sekolahnya selama ini sampai tamat SMEA karena keluarga Ega termasuk keluarga yang tidak mampu.

Dua hari yang lalu paman menelephon Ega,dan meminta kembali Ega untuk kuliah. Pembicaraan pamannya di telephon mengusik pikiran Ega.

“Ega, tahun ini kamu kuliah ya?” kata Paman pada Ega

“Tapi paman biaya untuk kuliah kan banyak, Ega tak mau nggerepotin paman lagi”.Jelas Ega

Namun pamannya tetap meminta Ega agar mencoba untuk mengikuti tes perguruan tinggi tahun ini ,yang pelaksanaannya seminggu lagi.

Ega masih bingung untuk memilih jurusan. Pamannya mengusulkan agar memilih jurusan yang mungkin peminatnya tidak begitu banyak untuk bersaing. Ega mengikuti saja usulan paman.

Pagi itu Ega pergi menuju kampus untuk mendaftar . Di sepanjang perjalanan area kampus, banyak penjual yang mengambil kesempatan menjajakan soal-soal tes sebagai gambaran mengikuti tes masuk perguruan tinggi.

Sekilas Ega melirik ketumpukan kertas di atas meja si penjual, ada rasa penasaran Ega untuk mendekati meja itu, dan membuka lembaran lembararan soal di dalamnya. Ia merogoh saku roknya dan tertarik untuk membeli soal itu.

Seminggu sebelum tes di mulai Ega selalu mempelajari-soal-soal tes perguruan tinggi yang ia beli.

“setidaknya aku telah berusaha “ lirih Ega meyakinkan diri.