Pesona Pengantin Minang #Tantangan Menulis Hari ke-3# Tantangan Gurusiana
Menjadi pengantin berarti memasuki gerbang kehidupan baru yang penuh dengan tanggung jawab dan pengabdian plus ibadah yang terangkai dalam sebuah pengabdian penuh keikhlasan. Dalam adat Minangkabau seorang Pengantin akan mengenakan pakaian kebesaran, pengantin laki-laki mengenakan Pakaian Roki dan pengantin wanita mengenakan Pakaian Suntiang. Suntiang yang dipakai dikepala pengantin wanita nampak anggun dengan hiasan dari logam berwarna kuning emas layaknya emas logam mulia.
Suntiang yang dipakaikan dikepala sang mempelai wanita itu beratnya kira-kira antara 3-5 kg, namun sekarang ada yang terbuat dari logam yang ringan, namun tetap saja keanggunan dan keindahan dari suntiang yang tidak terbuat dari logam yang ringan akan lebih anggun, indah dan mempesona.
Suntiang yang ada dikepala anak daro ternyata memiliki namanya masing/masing: yaitu mulai dari suntiang yang berjejer disusun setengah lingkaran antar 5-7 tingkat, suntiang gadang, dan sarai sarumpun, pada bagian depannya hiasan ditambah dengan motif burung merak atau motif bunga dan pada bagian sampingnya ditambah dengan juntaian disebut dengan kote-kote yang disebut buruang tajun atau kote-kote yang berbentuk ikan dan lain-lain.
Memang berat mengenakan suntiang apalagi jika pemasangannya tidak nyaman, pasti akan membuat kepala si anak daro (mempelai wanita) sakit dan menderitalah ia sampai tiba waktunya acara resepsi pernikahan atau lazim disebut baralek itu selesai. Namun pemasangan suntiang yang baik akan membuat si anak daro (pengantin wanita) nyaman bahkan lama kelamaan suntiang yang ada dikepalanya tersebut seolah telah menyatu dengan dirinya dan tidak terasa berat lagi. Bahkan si anak daro bisa naik ke atas pentas bernyanyi bersama dengan marapulai (pengantin pria), sehingga acara baralek tersebut menjadi penuh kesan.
Mengenakan suntiang ini melambangkan bahwa dengan memasuki gerbang pernikahan seorang wanita Minang akan memikul beban tanggung jawab yang berat sebagai seorang “Bundo Kanduang Limpapeh Rumah Nan Gadang“. Sebutan Bundo Kanduang di Minangkabau merupakan sebutan yang diberikan kepada seorang perempuan Minang yang telah dewasa atau telah menikah, pengertian Bundo Kanduang di Minangkabau sering di ungkapkan sebagai berikut:
Bundo Kanduang,
Limpapeh rumah nan gadang, amban paruik pagangan kunci,
Pusek jalo kumpulan tali, hiyasan di dalam kampuang, sumarak dalam nagari.
Muluik manih kucindan murah, Baso baiak gulo di bibie, muluik manih talempong kato, sakali rundiang disabuik, takana juo salamonyo.
Ungkapan tersebut menggambarkan betapa wanita Minang sebagai “Bundo Kanduang Limpapeh Rumah Nan Gadang “ mempunyai andil besar dalam pembentukan sebuah generasi. Tanggung jawab berat yang dipikul oleh seorang Bundo Kanduang terlihat dari fungsi Bundo Kanduang itu sendiri dalam sebuah Rumah Gadang yaitu:
1. Sebagai penerima waris dari pusako tinggi.
2. Menjaga keberlangsungan keturunan
3. Sebagai perlambang moralitas masyarakat Minangkabau.
Selain suntiang, baju kuruang yang dikenakan oleh anak daro melambangkan seorang wanita muslimah yang mengenakan pakaian tertutup sesuai dengan falsafah Minang “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Syarak mangato adat mamakai”.
Inilah gambaran ideal dari seorang wanita yang disebut Bundo Kanduang dalam budaya Minangkabau, sosok ideal wanita Minang ini hendaknya tetap terpelihara sampai sekarang jangan sampai tergerus oleh budaya kemajuan era zaman globalisasi. Jika sekarang kita para wanita Minang yang berada pada jajaran Bundo Kanduang tersebut, sepatutnya kita bertanya kepada diri kita masing-masing, berapa persenkah tanggung jawab seorang Bundo Kanduang, Limpapeh Rumah Nan Gadang telah kita laksanakan? Berapakah pencapaian yang telah kita peroleh sebagai ujung tombak pembentukan sebuah generasi?
“Bundo Kanduang, Limpapeh Rumah Nan Gadang”. Kata Limpapeh memilik makna tiang tengah sebuah bangunan yang menjadi pusat kekuatan bagi tiang lainnya, yang juga merupakan pusat kekuatan dari sebuah bangunan. Yaitu bangunan sebuah keluarga menuju bangunan besar sebuah bangsa yang bermoral dan bermartabat.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cantik sekali bu
Ya buk, pengantin minang bikin ngagenin, ingat Masa2 jadi pengantin juga ha,,ha,,ha.
tapi pusing tidak ya, dengan hiasan kepala berkilo2..
Tidak buk jika pemasangannya bagus, insya Allah kita punya pelaminan minang dan langsung memakaikannya kpd si pengantin, Insya Allah baik dan nyaman kata mempelainya buk!
Jdi ratu seharian.... Bangga makai pkaian minang.
Ya sih buk. Bagaimana tidak bangga layaknya jadi Raja dan Ratu sehari,