Saya Sinta, gadis desa anak seorang pegawai negeri sipil dengan penghasilan yang pas-pasan menurut standar kebutuhan hidup yang mestinya sulit dinalar dengan logika untuk biaya hidup keluarga dengan enam anak yang semuanya membutuhkan biaya selain kebutuhan sehari-hari disamping kebutuhan dan biaya sekolah.

Sinta tumbuh menjadi gadis yang lincah disela-sela keterbatasan ekonomi keluarganya. Keadaan ekonomi tidak mengganggu cita seorang Sinta kecil. Setiap hRi rutinitis selalu dijalani dengan menyenangkan dan penuh ceria. Sepulang sekolah dia bersama teman-teman sepermainannya d@n seperjuangan selalu berkumpul setelah melaksanakan sholat dhuhur dan makan siang. Mengapa seperjuangan? Karena selain bermain Sinta kecil bersama teman-teman selalu mencari kayu bakar untuk kebutuhan masak keluarga. Namun tidak lupa juga setelah mencari kayu bakar dia selalu langgar untuk ngaji bersama teman teman yang sama.

Ada sendau gurau anak-anak yang cukup sederhana jauh dari gemerlap gadget, atau alat permainan anak-anak jaman milenia sekarang. Bergurau, bercanda dan belajar bersama selalu dilalui bersama - sama sahabatnta. Kadang untuk mengubah menu makan malam Sinta kecil bersama teman-teman mencari belut di sawah yang mereka lalui saat mencari kayu bakar, mencari ikan gabus di psrit-parit yang menghubungkan sawah dengan saluran irigasi. Tidak ketinggalan juga dia akan berebut buah asam mentah, mangga mentah yang mereka tidak merasakan asam seperti asamnya hidup mereka. Namun Sinta kecil selalu merasa bahagia. Bahkan kadang kayu bakar mereka dipalak oleh seniorpun tidak menyurutkan semangat mereka.