Tingkat dan status kehidupan yang berbeda membuat hubungan mereka terlarang di masyarakat. Mereka menyadari dan menerima kenyataan itu, namun apa daya, rasa yang begitu kuat menarik mereka untuk sering bertemu. Dekat dan semakin dekat.

Rani sendiripun sebenarnya bingung mengapa dia selalu teringat akan Raffi. Banyak lelaki lain yang menawarkan cinta untuknya, namun itu tidaklah membuatnya bergeming, baginya mereka adalah sahabat biasa , tidak lebih dari itu. Namun entah mengapa berbeda dengan Raffi yang selalu membuat dadanya berdebar dan tidak menentu.

Raffi pemuda gesit dan lincah bagaikan kancil. Dia adalah pria bijaksana yang cerdik. Dibandiing pria yang lain, dia adalah tipe lelaki yang dapat menahan kendali emosi juga nafsunya. Sifat bijaksana dan wibawanya, yach..lebih tepatnya ... Kharisma itu yang membuat Rani sulit menjauh darinya. Rasa nyaman bersamanya tidak didapatnya dari pria lain.

Rani menekan seluruh perasaannya untuk selalu ingin bertemu. Walau sebenarnya Rani bukanlah anak belasan tahun lagi dengan cinta yang sering disebut dgn cinta monyet. Kedewasaannya mengajarinya untuk menahankan semua itu. Sulit memang.. bahkan sering membuatnya jadi sulit tidur. Hanya doa yang bisa dia panjatkan untuk Raffi. "Kancil" mya yang selalu dia rindukan. Kancil yang selalu membuat salah tingkah. Kancil yang selalu membuatnya panas dingin. Bahkan rela untuk menunggu, menunggu dan menunggu..

Sore itu Raffi menghubungi Rani, Wajahnya kusut dan lelah. Beban yang begitu berat dapat Rani rasakan, karena ia juga mengalaminya. Beban yang sama juga menghimpit hatinya hingga remuk. "ada sesuatu yg urgent yang harus diselesaikan" Besok kita menghadap atasan "kata Raffi dengan nada kesal. Hubungan mereka yg dianggap terlarang menjadi pembicaraan di masyarakat.

Ah... Ada apa lagi ini pikir Rani. "Apa lagi yang salah" Seribu pertanyaan di hatinya. Namum ia hanya diam terpaku. Rasa was-was membuat merasa tak nyaman. Ah.......

Bersambung