Eri Nugroho

22 tahun, tinggal di Sukoharjo, Masih berproses menjadi seorang guru....

Selengkapnya
Navigasi Web
Tukang ojek dan pendidikan karakter

Tukang ojek dan pendidikan karakter

‘Mas, kalau jadi wong sukses, jangan korupsi, jangan ngapusi orang yang bodo. Kebanyakan orang terutama pejabat sekarang gitu o mas, sekolahe pinter tapi ngapusi wong bodo terus ’ terdegar keluhan dari tukang ojek pangkalan yang berusaha mengisi waktu diantara perjalanan dari stasiun menuju asrama. Aku Terdiam sejenak, tidak ingin banyak bicara. Permasalahanku hari ini cukup rumit. Biar itu menjadi sebuah opini subjektif dari tukang ojek tersebut. Hanya tidak ingin membuat tukang ojek larut dalam diksusi yang panjang.

Kalau dipahami secara mendalam konteks kalimat tersebut, kebutuhan bangsa dalam bermasyarakat dan bermoral akan moral lebih penting daripada gelar akademik. Kata syafii maarif, permasalahan moral pada saat ini memasuki tahapan yang mengkhawatirkan. Idealitas seseorang tentang seseorang yang berhasil hanya berhenti pada seseorang yang ‘pinter, cendekia, berintelektual’ tidak lebih luas, untuk mencapai sebuah kualitas moral. Dalam realitanya memang demikian, moralitas pemimpin sering dipertanyakan mengenai sikap dan perilakunya. Pemimpin korup bukan hal yang asing lagi.

Kenyataan tentang permasalahan moral inilah yang menyebabkan pentingnya aktualisasi konsep pedidikan nasional, pendidikan karakter.

Tapi, menurunnya kualitas moral dan karakter kehidupan di Indonesia dewasa ini, terutama siswa.

Konsep pendidikan nasional yang mengusung tagline pendidikan karakter mulai dipertanyakan, efektif nggak sih? Apakah ouput dari ‘karakter; itu akan didapatkan dan dapat diimplementasikan?

Ini merupakan sebuah pekerjaan rumah yang belum rampung dilakukang oleh para pelaku pendidikan yaitu tentang model pembelajaran yang mengandung keilmuan, kemanusiaan, religius dan mudah dipahami oleh pelaku pendidikan yang terintegrasi dalam sebuah konsep pendidikan nasional. Percuma jika konsep pendidikan nasional melangit namun tidak membumi (tidak mudah dipahami) oleh pelaku pendidikan itu sendiri.

Tapi bisa dikatakan, konsep pendidikan nasional yang dikembangkan mengalami pembaharuan yang dinilai cukup baik dibanding sebelumnya. Namun, juga perlu adanya sebuah penajaman serta penguatan baik dari segi kemanusiaan dan religiusitas. Perlu adanya alternatif – alternatif untuk menutup sebuah kekurangan dari konsep pendidikan nasional.

Dalam segi sistem administratif pendidikan kita dinilai sudah relatif baik. Sayangnya, Pendidikan tidak hanya tentang sistem administratif, pendidikan itu juga tentang merekontruksi pemikiran serta perilaku manusia agar menjadi pintar (smart), baik (good) dan bijak (wise). Sepanjang sejarah memang Pendidikan hanya mengorientasikan diri pada tiga hal tersebut.

Menjadikan manusia pintar (smart) mungkin sesuatu yang lebih mudah dilakukan, dibanding menjadikan manusia untuk baik(good) dan bijak(wise). Berarti dapat diasumsikan pendidikan karakter perlu usaha lebih daripada sekedar menjadikan seorang pintar.

Perlunya seorang pendidik untuk memainkan peran dan dapat menyadari posisinya, yaitu guru memiliki sedikit kontrol terhadap kebijakan sekolah, kurikulum, pilihan teks, atau penempatan khusus siswa, tapi mereka tidak sadar, mereka memiliki banyak otonomi di dalam kelas, untuk membentuk karakter siswa.

Tidak menyangka menulis sebanyak ini, dipostingan pertamaku di gurusiana.id. Terimakasih tukang ojek. Hallo, Gurusiana.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post