ERLIEN RETNOVIYANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Senyum Itu...

Senyum Itu...

Senyum itu. Senyum tersungging dari bibirku. Mengapa aku tersenyum? Padahal sebenarnya hari ini, hari yang cukup melelahkan. Betapa tidak! Aku harus menempuh perjalanan jauh, memakan waktu sedikitnya 6 jam, untuk sampai ke tempat ini, mengikuti pelatihan.

Bermula dari informasi seorang teman, menawariku mengikuti kegiatan ini. Kegiatan Pelatihan Penulisan Buku Populer. Pada awalnya aku ragu karena aku tahu bahwa sesungguhnya tawaran itu semula bukan untukku. Ada teman lain yang sudah lebih dahulu ditawari, tapi tidak bisa. Akhirnya, tawaran itu sampai kepadaku. Hmmm ibarat tidak ada rotan akar pun jadi, hehe.

Mencoba berpikir positif dan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Bissmillaah... Aku terima tawaran itu dan segera mendaftarkan diri. Singkat cerita sampailah aku sekarang di tempat pelatihan ini.

Sesi materi penulisan buku populer sudah mulai. Aku tak ingin perjalanan jauhku percuma. Aku tak mau jarak beratus-ratus kilometer yang kutempuh sia-sia. Aku harus melawan rasa lesu dan letihku.

Seperti yang kualami hari ini. Hari aku belajar menulis. Ya menulis, terdengar sepele. Bukankah menulis sudah dipelajari ketika di sekolah dasar? Sementara sekarang aku sudah menjadi guru, kok masih belajar menulis? Ternyata kita tidak boleh menganggap remeh hal sepele. Karena itu akan jadi masalah. Terbukti saat aku menganggap bahwa menulis itu sepele, ternyata ketika diminta menulis kolom minimal 300 kata saja, aku kesulitan. Harus dari mana aku memulai?

Dengan mengerahkan segenap tenaga dan pikiran aku ikuti materi pelatihan. Diawali pengantar oleh narasumber 1, pak Ihsan. Kata pak Ihsan, menulis itu didasarkan pada beberapa alasan. Peserta pelatihan yang ada di sini harus menjadi contoh dan membuktikan sudah menulis karya. Karena tindakan nyata lebih mengena daripada sekeras-kerasnya teriakan.

Pak Ihsan memotivasi kami dengan kutipan, tayangan, dan contoh karya yang inspiratif. Contoh pernyataan Helvy Tiana Rossa bahwa ketika sebuah karya ditulis, maka pengarang tidak akan mati. Ia justru baru saja memperpanjang usianya.

Pernyataan lain, dari Pramoedya Ananta Toer, bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan sejarah. Paparan yang Pak Ihsan sampaikan membuat hatiku tergelitik untuk mulai menulis.

Dilanjutkan narasumber 2, mas Eko. Kata mas Eko, menulis itu seni bercerita. Lalu mas Eko meminta kami melihat wajah masing-masing melalui kamera hp.

Kulihat wajah di kamera hp ku. Kuamati, kupandangi, wajah itu. Wajah yang sudah dihiasi keriput, sorot mata pun tak lagi cerah. Di usiaku yang hampir senja, aku renungkan ajakan mas Eko. Dalam renunganku justru muncul pertanyaan-pertanyaan. Masih bisakah aku berkencan dengan gagasan? Masih mampukah aku menemukan ide tulisan? Dan masih sanggupkah aku melahirkan karya?

Seakan ada monolog dalam hatiku. Kulihat lagi wajah di kamera hp ku. Kutatap lekat-lekat. Di antara keriput dan sorot mata yang tak lagi cerah, masih terlihat senyuman di wajah itu. Ya senyuman yang menyimpan harapan, menyiratkan semangat. Semangat belajar, semangat bekerja, semangat menjalani hidup dan kehidupan yang penuh dengan tantangan.

Aku jadi teringat kalimat yang menyatakan bahwa sejarah besar tidak diciptakan untuk orang-orang yang menempuh jalan datar dan mudah dilalui, tetapi untuk jiwa yang tabah dan sabar, yang senantiasa menempuh jalan berliku dan mendaki.

Aku percaya bahwa apa yang terjadi dalam hidupku adalah atas izin-NYA. Termasuk keberadaanku di sini, di kegiatan pelatihan penulisan buku populer. Selain atas tawaran teman, sudah pasti juga atas izin-NYA. Mengingat kuasa dan kebesaran-NYA lah membuatku tersenyum.

Aku pun semakin menyadari bahwa selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Hmmm betapa indahnya hidup ini ketika kita hadapi semua dengan tersenyum. Aku yakin bahwa berawal dari senyuman akan tumbuh harapan. Dan harapanku kali ini adalah harapan untuk bisa berkencan dengan gagasan dan menemukan ide tulisan. Senyumku semangatku. Semangat melahirkan karya walau di usia yang tak lagi muda. Senyumku, senyum si jelita, jelang lima puluh tahun...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

tulisannya keren, mengalir lancar, dan enak dibaca. Dahsyat

08 Sep
Balas

interesting ...I like it

08 Sep
Balas

Trimaksih Ibu cantik. Smg kt bs slg sharin' utk melahirkan tulisan yg menginspirasi. Slm rindu :)

10 Oct

Trimakasih, Pak Leck. Sy belajar dari pjenengan. Mhn bimbingan nggih. Btw sy sdh kirim tulisan di [email protected], dengan judul "Sepeda Impian". Apakah sudah masuk n terbaca? Sptnya ada yang perlu direvisi. Mhn saran n masukan ya, bpk. Trimakasih. Slm semangat literasi :)

10 Oct
Balas



search

New Post