Pentigraf

Karma

Wajahku terlihat memerah, detak jantung ini kian terasa lebih cepat, gemuruh yang ada dalam dada ini bagaikan gunung Merapi yang mau meletus. Aku melihatmu duduk berdua di teras kos bersama seorang perempuan berambut panjang. Sesaat setelah melihat pemandangan yang membuatku hilang kendali, aku pun berbalik arah dan berlari menuju jalan raya. Teriakanmu tak menyurutkanku untuk tetap berlari. Tak terasa derai air mata ini terus mengalir tiada henti. Hatiku berkecamuk penuh kebencian. Kau pun berhasil mengejarku. Kau pegang lenganku erat, hingga aku tak bisa melepasnya. Aku terdiam, kutak kuasa menatapmu. Kau dudukkan aku di bibir pagar. Kau berlutut dan memegang tanganku semakin kuat. Aku tak bisa berkata-kata. Kau pun mengucapkan maaf sampai berkali-kali. Aku tak meresponmu. Aku tetap diam seribu bahasa. Kau ungkap sejuta alasan hanya untuk membenarkan apa yang telah kau lakukan.

Aku pun berusaha untuk bisa mengendalikan diriku sendiri. Aku tetap terdiam, walaupun sebenarnya ingin kumaki dirimu. Namun, ternyata aku tak kuasa. Ternyata aku hanya bisa mengeluarkan air mata ini tanpa henti. Kau pun sangat merasa bersalah akan kejadian ini. Kau tetap berusaha untuk meminta maaf dariku. Semakin lama aku bersamamu aku merasa hati ini lebih sakit. Kucoba untuk melepaskan tanganmu, dengan sedikit tenaga kutampik tangan yang masih memegang lenganku. Akhirnya aku bisa melepaskan genggaman itu. Aku berlari dengan sekuat tenagaku dan akhirnya aku pun lepas darimu. Kau pun hanya bisa memandangku.

Dalam perjalananku menuju kos, aku teringat dengan jelas apa yang pernah aku lakukan pada Happy, mantan kekasihku. Kejadiannya sama persis dengan yang aku alami saat ini. Sambil aku terus berjalan, aku pun berfikir bahwa apa yang telah aku alami ini adalah “KARMA”.

#tantangangurusiana

#tantangan_30hari

#tantangan_hari_ke_12