ERMA WINDU SUSANTI

Rumahku surgaku, jadikan keluarga bersama-masa masuk surganya Allohh SWT, Aamiin....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Menggetarkan Jiwa Pemutus Kelezatan

Kisah Menggetarkan Jiwa Pemutus Kelezatan

Seperti biasa Umi, sehabis pulang ngajar dari sekolah langsung merebahkan badan sejenak menghilangkan penat seharian bergelut dengan peserta didik dan pembelajaran. Apalagi sekarang guru wajib mengimplementasikan kurikulum merdeka. Sungguh butuh konsentasi dan menguras banyak tenaga serta fikiran.

Walaupun baru sebentar rebahan, tak terelakkan anak bungsu yang baru sekolah dasar kelas 5 langsung memeluknya. Hal ini biasa dilakukan sibungku jika mamanya pilang darj kerja. Maklum sibungsu tidak punya teman di rumah untuk bermain-main. Umi mempunyai tiga orang anak. Anak yang besar sudah kuliah, anak ke-2 nya di pondok dan sibungsu inilah yang masih di rumah.

Apa boleh buat wanita sungguh sulit untuk sendirian walau sejenak. Tapi Umi merasa, justru inilah yang menghilangkan rasa lelah dan penat dengan adanya sibungsu. Sambil bercanda kecil dan menanyakan bagaimana pelajaran di sekolah tadi. Ditambah sibungsu ini kalau bercerita sangat lucu dan menyenangkan. Membuat Umi sangat bersyukur memiliki anak yang gemesin.

Suami yang pengertianpun datang untuk ikut memijat lembut kakinya. Sungguh pemandangan yang indah dan menyenangkan. Serasa lelah hilang tanpa bekas.

Tak beberapa lama, sibungsupun mulai kembali bermain bola kesukaannya, setelah puas becanda dengan mamanya sebentar. Suami yang dari tadi pijit-pijit kaki, beranjak ke kebun belakang untuk melihat tanaman alpokatnya.

Umipun duduk bersandar santai dan angin sepoi-sepoi yang masuk lewat jendela, membuat tak terelakkan matanyapun mulai tepejam.

Selang beberapa lama muncul seorang yang tak tampak mukanya sebab bersinar terang menyilaukan, berjubah putih dengan tongkat ditangannya, yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

Dengan sangat terkejut, karena kedatangannya yang tiba-tiba, membuat Umi langsung mengucapkan salam spontanitas, dan orang misterius itupun menjawab salam dari Umi.

Sebelum sempat bertanya, siapa dia, tiba-tiba Umi merasa dadanya sesak, sulit untuk bernafas, namun dia berusaha untuk tetap menghirup udara sebisanya.

Namun yang dirasakan Umi waktu itu ada sesuatu yang berjalan pelan-pelan dari dada terus berjalan kekerongkongan dan terasa sakittttttttt.....sakit sekali. Rasa sakit yang amat sangat membuatnya mengeluarkan air mata.

Dengan menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya, Umi menggigil menggelepar.... , seakan ribuan belati setajam silet merajam tubuhnya.

Sambil memekik " Oh.... Ya Allah ada apa dengan diriku, Astagfirullohal'adzim....Laailahailalloh...Muhammadarosulullah.."

Dalam kondisi yang masih sulit bernafas tadi, benda tadi terus memaksa untuk keluar dari tubuhnya.

"Kkhh.........khhhh.....",kerongkongannya berbunyi.

Sungguh sangat menyakitkan dan menyiksa rasanya. Seribu satu rasa sakit berkumpul merajam tubuhnya.

"Inikah yang dinamakan sakaratul maut...?,

Inikah yang dinamakan kembali kepada-Mu, Ya Allah.....?,

Inikah yang dinamakan orang akan meninggalkan dunia ....?,

begitu sakitnyaaaaa....Ya Allah....,Ya Rabb.... , rasanya tak kuat lagi", pekik Umi dalam hatinya.

Seolah tak mampu menahan benda tadi, badannya gemetar, peluh keringat mengucur deras, matanya terbelalak dan air matanya seolah tak berhenti menetes.

Tangan dan kakinya kejang-kejang sedetik setelah benda itu meninggalkannya. Umi melihat benda tadi dibawa oleh orang misterius itu, pergi berlalu begitu saja, hilang dari pandangan. Namun setelah itu, Umi merasa jauh lebih ringan, sehat, segar, cerah dan tidak seperti barusan yang dirasakan.

Tetapi Umi merasa heran dan kaget, terlihat sibungsu dan suaminya yang sedari tadi sudah dengan aktifitasnya. Tiba-tiba terkejut dan berhamburan ke arahnya, sambil histeris menangis sejadi-jadinya.

Di situ Umi melihat ada seseorang yang terbujur kaku, tepat di mana tadi dia rebahan.

"Badannya dingin kulitnya membiru. siapa dia???????", guman Umi.

"Mengapa suami dan sibungsu memeluknya ! sambil menangis...???", Umi terheran.

Si bungsu dan suaminya histeris, panik, seolah tak mau melepaskan orang yang terbujur kaku tadi. Siapa dia.............??. Betapa terkejutnya Umi, ketika wajahnya dibalikkan.

"Dia........dia.......dia mirip dengan aku....ada apa ini, Ya Allah...????????" Pekik Umi.

Umi mencoba menarik tangan suaminya, tapi tak mampu, mencoba menarik tangan sibungsu, tapi tak mampu, lalu mencoba merangkul suaminya & sibungsu tapi juga tak bisa.

Umi coba jelaskan kalau dia ada di sini, dia mulai berteriak, tapi mereka seolah tak mendengarkan, seolah mereka tak melihatnya, dan mereka terus-menerus menangisi jasadnya.

Umi baru sadar, bahwa orang misterius tadi adalah Malaikat Izrail utusan Allah SWT yang telah membawa rohnya. "Dan aku telah mati...aku telah mati, aku telah meninggalkan mereka" simpul Umi.

Tak kuasa Umipun menangis, berteriak, tak kuat melihat mereka menangisi mayatnya.

Umi sangat sedih, selama hidupnya, dia merasa belum banyak yang dilakukan untuk membahagiakan suami & anak-anaknya, serta ibu dan soudaranya. Belum banyak yang bisa dilakukan, untuk mendampingi mereka semua.

Tapi waktunya telah habis, masanya telah terlewati. Umi sudah tutup usia pada saat dia duduk rebahan santai setelah lelah seharian bekerja.

"Sungguh bila aku tahu akan mati saat ini, aku akan membagi waktu kapan harus bekerja, beribadah, dan untuk keluarga. Aku menyesal, aku terlambat menyadarinya.

Aku mati dalam keadaan sholat yang sekedarnyabelum khusyu dan sesempatnya.

Aku belum bisa menjadi istri yang menyejukkan hati dan patuh atas semua perintah suami,

Aku belum bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku,

Aku belum sempat puasa Ramadhan dengan penuh keikhlasan,

Aku belum sempat zakat untuk hartaku,

Aku masih belum banyak bersedekah, menyisihkan harta untuk anak yatim dan fakir miskin.

Aku masih punya hutang bertumpuk yang tidak diketahui siapapun. Betapa beratnya jika hutangku tak terbayar hingga aku mati ?

Aku masih terlalu cinta dunia hingga lupa akan akhirat," sesal Umi.

"Ya Allah, jika kau ijinkan keadaanku masih hidup dan masih bisa kembali maka aku tidak akan menyia-nyiakan hidup ini dan aku akan amat sangat bahagia," doa Umi.

Disaat sedihnya begitu menyesakkan dada. Dan terus menyesali apa yang telah dilakukan semasa hidupnya. Tak terasa dia mendengan suara Adzan Asar sayup-sayup berkumandang dimasjid yang nun jauh disana begitu memilukan, begitu merdunya, dan dengan mengucap puji syukur kepada Allah subhanahuwata'ala ternyata, dia tersadar kalau dia masih hidup tertidur saat rebahan sepulang dari kerja. Sambil beristigfar, "Astaghfirullahal adzim", bibirnya bergetar dan segera langsung ambil air wudhu dan melaksanakan Sholat.

"Ya Alloh dengan kerendahan hati aku bersimpuh memohon ampun kepada-Mu, atas semua dosa-dosa yang telah kulakukan baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja", doa Umi dipanjatkan.

Tak terasa begitu sakitnyaaaaa Ya Allah, Air matanya bercucuran tanpa sanggup terbendung.

"Alhamdulillah Ya Allah, ternyata, aku masih mempunyai waktu untuk bersimpuh, aku masih mempunyai waktu untuk membahagiakan Orang tuaku, suamiku dan juga anak-anakku, aku masih mempunyai harta untuk disedekahkan sebagai bekal amal sholihku, aku masih mempunyai waktu untuk membahagiakan orang-orang kucintai, aku masih mempunyai waktu untuk berbakti kepada suami serta untuk mendidik anak-anakku", gumam Umi.

Dengan mengakui segala dosa dan berbuat kebaikan, sehingga bila maut menjemput, semoga kelak kita telah berada pada keadaan yang lebih siap.

Teriring Do'a buat almarhum Ayahku tercinta...Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiran. Ya Allah Ya Tuhan kami, ampunilah dosaku dan dosa ayah dan ibuku serta kasihilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil.

Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinna qurrata a'yunin waj'alnaa limuttaqiina imaaman. Ya Alloh Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami dari isteri-isteri kami dan anak-cucu kami yang menyenangkan kami dan jadikanlah kami sebagai ikutan bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Furqan, 74)

Allaahummaj'al khayra 'umrii aakhirahu wa khayra 'amalii khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa'ika. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baiknya umurku pada ujungnya dan sebaik-baiknya amalku adalah pada ujung akhirnya, dan sebaik-baiknya hariku adalah pada saat aku menemui-Mu.

Dengan tulisan ini, semoga sahabat-sahabatku, menyadari, merenungkan, merasakan pada hati masing-masing sehingga membuka hati yang terkunci dengan ke imanan untuk segera melaksanakan perintah-perintah dari Allah SWT. Aamiin YRA.

Genting, 10 September 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yg luar biasa, mengingat ttg kematian

10 Sep
Balas



search

New Post