Menjadi Guru yang diimpikan oleh anak didik
Menjadi seorang guru yang diimpikan bukanlah sesuatu yang mudah. Namun perlu diupayakan dan diperjuangkan. Dengan menjadikan anak didik sebagai pusat pembelajaran. Dengan mewujudkan itu semua tentu guru harus tahu potensi setiap anak. Bahwa setiap anak pasti punya hak untuk suskses dimasa depan. Melalui guru yang baik, guru mampu menfasilitasi anak untuk bisa mengembangkan potensinya.
Agar pembelajaran yang diberikan bermakna, dan dapat bermanfaat untuk dikemudian hari. Maka guru harus mampu mengaitkan pembelajaran yang disampaikan dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari . Hal ini akan membangun pemahaman dan eksplorasi konsep secara alami dalam dirinya.
Setiap guru diharapkan dapat membantu anak didiknya agar bisa menemukan martabatnya sebagai manusia. Makanya guru wajib dapat temukan pession, talenta dari setiap anak didiknya yang berbeda. Dan seharusnya ini menjadi mimpi setiap guru-guru di mana saja.
Dengan cara menjadikan budaya refleksi disetiap kegiatan komunitas belajarnya. Disitu guru dapat berbagi praktik baik yang bisa memunculkan inspirasi buat guru yang lain. Salah satu hasil riset , survei dari guru-guru di Finlandia, mereka mengatakan bahwa yang membuat kualitas mengajar kami bagus bukan karena pelatihan-pelatihan. Tapi karena dialog informal yang dilakukan setiap minggu. Mereka berkata, sebelum kami mengajar, kami dialog antar guru untuk menukarkan pengalaman praktek , nilai-nilai yang terjadi antara kami dan anak didik kami.
Dialog ini menjadi guru bisa belajar praktik baik atau nilai-nilai dari guru yang lain. Hal ini memunculkan banyak alternatif solusi dalam pembelajaran dikelas. Selain itu, martabat guru-guru juga menjadi meningkat, karena dia bisa menciptakan anak didik yang bahagia dan menyenangkan.
Harkat martabat itu terbangun bukan karena iming-iming program, misalnya jika berprestasi akan diangkat menjadi Kepala Sekolah atau yang lainnya. Namun lebih pada membangun internalisasi untuk membangun harkat marwahnya sendiri melalui dialog informal maupun nonformal.
Untuk bisa mewujudkan hal seperti itu, maka sangat penting, waktu guru dalam melakukan proses pembelajaran didalam kelas harus memiliki prosentasi yang paling banyak dan mendominasi. Di negara Firlandia, ada 83% waktu guru untuk proses pemelajaran, 12% waktu guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan hanya 5% waktu guru digunakan untuk administrasi.
Semoga kedepan kita bisa mempraktekkan, dan dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan guru tidak lagi banyak dibebani administrasi. Dan sesuai dengan anjuran agama, harapannya guru juga setiap hari ada progres perbaikan dan meningkat lebih baik. Harapannya hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari besok harus lebih baik dari hari ini.
Terakhir jadilah guru-guru yang mencintai anak didiknya sepenuh hati.
Semoga bermanfaat dan terus untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar