Oleh : Ermi Royanti

Tak terasa sudah berapa bulan sejak sekolah terpaksa dirumahkan, anak-anak yang tadinya belajar dipondok harus dipulangkan karena sesuatu dan lain hal. Selama berada dirumah jelas situasi dan kondisinya pasti berbeda dengan di pondok. Sebagai orangtua jelas berkumpul bersama semua anggota keluarga jelas membahagiakan. Namun sebagai ibu aku tidak boleh egois dalam menyikapi situasi ini.

Saat memasuki ajaran baru pada tanggal 11-juli-2020 beberapa saat yang lalu, anak pertamaku sempat keberatan dengan cara belajar daring ini. Namun dengan segala penjelasan yang berusaha ku tanamkan kepadanya akhirnya setiap tugas yang diberikan oleh para ustadz nya selesai juga akhirnya dikerjakannya. Namun dari sekian banyak tugas yang diberikan oleh ustadz hapalan Al-Qur'an yang paling membuatku dag Dig Dig dibuatnya. Karena saat ku peringatkan anakku selalu bilang bentar lagi ma, nanti malam saja ya hapalannya.

Tibalah waktu terakhir yang diberikan oleh ustadz nya untuk menghapal surat Al-Baqarah minimal 1-6 ayat dahulu yang disetor. Namun ku lihat ia masih asyik dengan kesibukannya, akhirnya nak sekaranglah waktu terakhir untuk menyetorkan hapalan ayatnya, nanti tidak akan diterima oleh ustadz lagi. Di saat waktu sudah amat sangat mepet ternyata saat hapalannya bukan hanya 1-6 ayat saja yang disetornya. Alhamdulillah dia bisa menyelesaikan hapalannya lebih dari yang diperintahkan oleh ustadz nya dimulai dengan ayat 1-12 dari Al-Baqarah. Kalau bisa dengan segitu kenapa harus mulai menghapalnya hampir di akhir batas waktunya nak. Tapi mau gimana lagi, namanya juga anak-anak mudah-mudahan kedepannya lebih serius dan lebih baik lagi anak shaleh.

Mengikhlaskan mujahid untuk belajar ke pondok