Sekian lama tidak jumpa rasa rindu membara dalam dada merasuk sukma menggelora jiwa. Itulah perasaanku belakangan ini setelah melihat foto kebersamaan kita. Pertama jumpa di Gedung A Kemdikbud Jakarta dalam rangka Temu Nasional Guru Penulis 2018 dengan Founder & CEO Media Guru bapak Muhammad Ikhsan. Membawa buku karya Guru berkumpul bersama mensukseskan program Sagu Sabu.

Dua hari kita gembira bersama sambil olah raga pagi di Tugu Monas. Pawai menuju Gedung Perpustakaan Nasional, duduk sarapan sambil berkenalan dengan guru dari seluruh wilayah Indonesia. Dengan harapan komunikasi dapat terbina melelui Gurusiana. Sayang seribu sayang rutinitas kerja di Sekolah, merawat ibunda tercinta di rumah membuat aku terlena. Rencana aku menulis terlupakan sudah begitu lama.

Alhamdulillah hari ini aku terbangun, ingin bercerita tentang suka duka selama kita berpisah melepas rindu dengan Gurusiana. Lima hari sebelum adik bungsuku berpulangkeramatullah badanku panas dingin dan terasa pegal. Ba’da Ashar adikku video call biasanya menanyakan kondisi Bunda kami. Hari ini berbeda, adikku menginformasi -kan bahwa hasil swab positif seluruh penghuni rumah di Condet. Dengan terbata-bata adikku berkata : Unii do’akan kami semoga lekas sembuh yaa. Aku kaget melihat kondisi adikku lelah wajahnya pucat, nafas sesak disamping isterinya yang juga demam. Aku beranikan diri bertanya kok tabung oksigen dekat adinda tidak dipasang ? kelihatan adinda butuh oksigen karena sesak sekali. Iya uni oksigennya tinggal sedikit, nanti kalau tidak kuat baru dipasang. Mohon do’a bunda dan keluarga di Kampung semoga kami tidak apa-apa. Aku hubungi rara anak tertua adikku isoman bersama suami di lantai 1, Aqil, Qilal dan Caca isoman di Lantai 2 ayah dan mamanya di Lantai 3. Rara menceritakan satu per satu semua yang ada di rumah, diperparah lagi obat-obatan yang dibutuhkan langka di Jakarta. Aku minta resep obat yang dibutuhkan, langsung menyuruh vivi anak kakakku yang tugas di Padang membeli obat-obatan yang diperlukan. aku suami dan kakakku mencari tambah -an obat-obatan alami dan makanan dalam jumlah lumayan untuk 7 orang. Aku kumpul kan semua yang akan dikirim pada hari Senin 5 Juli 2021.

Ba’da Magrib aku hubungi satu persatu hp adikku, anak-anak, dan isterinya tidak satu pun dapat dihubungi. Aku khawatir sekali terbayang semua sudah terkapar tak berdaya. Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Bibirku bergetar mataku basah disetiap helaan nafasku selalu memohon kepada Allah yang Maha Menyembuhkan penyakit. Aku sangat terkejut mendengar ucapan bundaku setelah memberi tahu adik bungsuku sakit terpapar Covid 19 : Bunda ..... (kata ku) Yaa ....... ( kata ibuku) Malam ini kita bersama-sama mendo’akan semoga adikku Drs. Hardiwan Resna dan semua anggota keluarga sehat walafiat. Apa jawaban ibuku. Maningga nyo. Allhuakbar 3 x walillahilham...?

Alangkah kaget aku .... Ya Allah, biasanya kata-kata orang tua itu pertanda.... Ya Allah janganlah adikku di panggil sekarang, izinkan bundaku dan kami keluarga jumpa. Malam panjang dengan seribu tanda tanya, aku suami dan bundaku tidak bisa tidur. Aku coba cari informasi pada adik sepupuku perawat di RS Fatmawati, dia sedang isoman. Alhamdulillah dapat informasi adikku diisolasi di Rumah Sakit Duren Sawit, saturasi rendah sekali. Berulangkali aku kirim do'a dan kalimat motivasi ke wa adikku dan anak-anaknya. Bersyukur sekali adikku membacanya dan video call denganku pukul 22.35, tidak banyak bicara lebih banyak isyarat yang disampaikan ucapan terimakasih pada bunda, uni, uda yang sudah memperhatikan adinda, anak-anak dan isterinya.

*****