Ernae Lovie

Assalamualaikum Warahmatullahi Wa Barokatuh Sahabat ku Perkenalkan namaku Ernae Lovie . Seorang pendidik yang mencintai anak khususnya anak-anak ABK. Na...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berhitung Di Pasar Burung
Ku bawa Cintaku kepada CintaNya

Berhitung Di Pasar Burung

Bismillahirrahmanirrahim

#tantangangurusianah+35

Bermain di Pasar Burung

Selesai shalat Ashar, aku mengajak mamaku mencari oleh-oleh sebagai kenang-kenangan yang bisa ku berikan untuk keluarga dan tetangga di rumah.

Niatku ke Nabawi Al Munawwarah untuk ibadah jadi niat membeli oleh-olehpun tidak terlalu besar. Kebetulan posisi hotelku berada 4 blok dari Masjid Nabawi. Letak pasnya di pintu tujuh.

Awalnya aku tidak tahu kalau disitu ada pasar tenda. Yang sering aku lihat hanya tempat pemberhentian bus dan tempat burung-burung mencari makan.

Aku hanya ingin mengambil gambar dan memberi makan burung-burung. Namun setelah bus itu berlalu aku melihat barisan tenda-tenda yang berjejer dan dipenuhi orang. Aku bertanya dalam hati. "Itu apa ya?".

Karena aku penasaran aku mendekati tenda-tenda itu.

Barulah aku tahu bahwa dibawah tenda-tenda itu ada pasar. Terus terang aku baru sekali ini datang ke Madinah. Dan aku sengaja tidak membuka informasi ku tentang pasar-pasar murah di Madinah karena aku takut akan merusak niatku beribadah.

Aku tidak berani masuk ke dalam pasar. Aku tidak faham bagaimana cara bertransaksi dipasar ini dan aku juga tidak tahu harga standar macam-macam barang yang ada dipasar. Daripada tertipu mendingan aku mencari informasi dengan jama'ah lain yang sudah berbelanja disini.

Sesampainya dikamar hotel, aku terkaget dengan banyaknya bungkusan yang berjejer di kamar. Pasti teman sekamarku sudah berbelanja di sana. Nanti saat tidur malam saja aku akan bertanya padanya.

Kata Sahabatku harga yang ditawarkan jauh lebih murah dari toko yang berada dibawah hotel. Hampir semua lantai 1 di Kota Madinah berisi dengan toko-toko mulai dari jual kurma, coklat, soivenir, baju bahkan perhiasan emas tersedia disana.

Waktu itu sendal aku putus, jadi aku membelinya di toko yang berada dibawah hotel. Sambil bertanya harga benda" yang dijual disana... Mahal Banget Bu. Kalkulator dikepalaku langsung aktif ketika bertanya harga yang langsung dikalikan kurs Indonesia. Rasanya mending beli di Negaraku saja.

Dihari berikutnya aku sudah merencanakan apa saja yang akan aku beli untuk kenang-kenangan. Ternyata tenda-tenda itu bernama Pasar Korma. Kalau aku lebih suka memanggil Pasar Burung.

Para penjual yang aku temui di pasar ramah-ramah. Tidak semua pedagang bisa berbahasa Inggris. Mereka bisa menggunakan bahasa Indonesia. Untuk transaksi penjualan merek juga menerima uang rupiah jadi tidak perlu repot ke money changer untuk menukarnya. Dagangan yang mereka jajakan juga bisa ditawar. Mereka suka sekali dengan jama'ah Indonesia yang suka memborong dagangan mereka.

Ada yang membuat aku tertarik berbelanja disana. Tiba-tiba seorang anak kecil berumur 9 tahun mencolekku.

"Ayo.. belanja-belanja bajunya Bu Haji. Seratus dapat 4 halal.. halal" dengan logat Arab yang kental ia mencoba berbahasa Indonesia. Aku segera menoleh dan melihat dagangannya.

"Ayo.. ayo... Bu haji beli bajunya 4 seratus halal' Aku tersenyum padanya. Ada beberapa baju yang aku taksir untuk ku berikan pada saudari ku.

" Kalau seratus 5 boleh tidak?" Tanyaku sambil menggodanya.

"Tidak jual 5 seratus tidak halal, barang bagus ini" katanya mempromosikan dagangannya.

"Ya sudah tidak jadi" aku membalikan badanku.

"Baik untuk Bu Haji 5 seratus halal" katanya sambil menunjuk baju-bajunya.

Tiba-tiba datang anak remaja menggodanya 'Bu Haji jangan mau beli dagangan nanti dibohongi hahaha..." Pedagang kecil itu menjawab "Tidak Bu" dengan geram ia mengejar orang yang menggodanya. Barang dagangannya ditinggal begitu saja. Tinggal aku yang bingung mau bayar kemana dan mencari model dan ukuran yang pas. Dasar bocah...ternyata sama saja dengan anak muridku di sekolah. Hampir saja aku membatalkan niatku untuk berbelanja. Pedagang itu muncul....

"De ini bajunya tolong dihitung harganya " pintaku padanya.

"Ini 5 100, ini 5 100 dan yang ini 3 seratus jadi semua 360" aku kaget kok mahal sekali.

"De .....yang ini bukannya 100 5 ? Kok Beda?"

"Tidak salah ibu... Yang ini 3, 100 halal"

"Yah kok beda , disini kenapa tidak ditulis harganya jadi pembeli tahu harganya. Atau benar kata teman kamu itu ?"

"Tidak benar itu, dia yang bohong".

" Ya sudah aku kurangi saja beberapa bajunya" kataku sambil memisahkan baju yang tidak aku pilih.

"Coba hitung lagi De, semuanya jadi berapa?"

"Jadi 280" jawabnya

"Hah ! Kok masih mahal. Coba hitung lagi yang benar"

"Tidak salah! Ini betul"

"OK.. " aku menghitung ulang.

Lagi-lagi aku salah faham dengan baju yang ditawarkannya. Biar sama-sama enak aku mengajaknya untuk menghitung bersama.

Aku jadi ingat dengan siswaku yang suka berjualan dipasar, kalau tak pandai berhitung pasti akan terjadi kejadian seperti ini.

Ya sudahlah... Aku membayar sesuai dengan jumlah yang disepakati karena sudah lebih dari 3* aku dan pedagang kecil itu menghitung ulang.

Disaat aku mau membeli soivenir, ternyata remaja yang meledek pedagang itu yang berjualan souvenir. Masya Allah... Apakah aku akan mengajarkannya berhitung lagi seperti pedagang kecil itu ? Xixixi... beli ngak ya ? ..

End

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post