Sejak tahun 2011 SMP Maria Immaculata Cilacap sudah mendapat SK Bupati untuk menjadi sekolah inklusi. Sejak saat itu, semua guru mulai dilatih untuk menangani ABK. Saat itu hanya 2 atau 3 ABK tapi relative masih mampu didik.

Tahun 2021/2022, ada 11 ABK yang sekolah di sana dengan keistimewaannya masing-masing. Bu Maria, mantan KS SMP Immaculata, kemudian berinisiatif membaktikan diri menangani ABK. Apalagi saat itu masih pandemic, sehingga beliau memutar otak bagaimana agar ABK tersebut mendapatkan pelayanan terbaik.

Awalnya beliau melakukan asesmen untuk melihat kemampuan ABK tersebut secara garis besar. Ada 7 anak yang mampu didik sedangkan 5 anak tuna grahita berat. Dengan kerja kerasnya, beliau berhasil membimbing anak-anak tersebut agar bisa membaca. Salah satu triknya, mereka dipasangkan dengan temannya yang normal untuk membantu mereka belajar membaca. ABK putra dipasangkan dengan putri dan sebaliknya. Hasilnya anak ABK tersebut jadi lebih bersemangat karena mereka malu kalau sampai tidak bisa membaca. Sedangkan bagi yang membantu, Bu Maria memberikan hadiah balpoin yang disambut bahagia oleh anak-anak. Saat pembagian rapor, semua orang tua ABK tersebut menangis dan berterima kasih karena anak-anaknya sudah bisa membaca. Bahkan ada satu anak yang dilepas ke bank untuk membuat buku bank dan mengisi identitasnya sendiri.

Memang untuk 5 anak tuna grahita berat, masih proses merangkai huruf karena mereka perlu penanganan yang lebih serius lagi. Namun Bu Maria tetap semangat mendampingi mereka. Sungguh kisah yang inspiratif.