Mencari sekolah yang menerima ABK memang susah. Apalagi jika ABK tersebut tantrum, pasti mengganggu KBM di kelas sehingga banyak orang tua siswa normal yang keberatan jika ada anak ABK di kelas anak mereka. Tak jarang mereka meminta ABK tersebut dipindah ke SLB. Namun di yayasan kami, Romo selalu meminta sekolah di bawah naungan YSBS untuk menerima dan melayani ABK. Menurut beliau, penting sekali ABK bersosialisasi dengan anak-anak normal.

Salah satu teladan baik diberikan oleh Ibu Mey. Beliau menyekolahkan semua anaknya di TK, SD dan SMP Maria Immaculata Cilacap yang merupakan sekolah inklusi padahal jarak dari rumah lumayan jauh, sekitar 10 KM. Beliau mengetahui kalau sekolah tersebut melayani ABK namun beliau tetap menyekolahkan di sana. Beliau merasa bahwa penting bagi anak untuk menghargai perbedaan khususnya ABK ini. Beliau selalu memberikan motivasi dan pengertian ke anak-anaknya bagaimana harus bersikap dan menghadapi ABK.

Putranya pernah cerita, ada ABK yang tantrum di sekolah. Dia teriak dan nangis-nangis hingga anak lain kebingungan. Namun oleh Ibu Mey, anaknya dinasihati agar mereka tetap tenang dan menyerahkan penanganan pada gurunya. Yang penting mereka tetap bersikap baik dan mau bergaul dengan ABK tersebut.

Menurut saya memang penting sekali peran orang tua sebagai orang pertama yang memberikan pemahaman pada putra putrinya kalau memang ada anak-anak yang perlu perhatian khusus. Para ABK ini perlu ditemani, bergaul normal dengan segala keistimewaannya. Orang tua yang harus menjadi contoh pertama dalam menghargai ABK ini. Kalau orang tua bisa menerima dan menghargai para ABK, saya yakin anak-anak juga akan meniru teladan baik ini.