Ernitha Thamrin, S.Ag.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

"Ustad" penjual susu keliling ( part 1 )

"Tet, tet, tet, tet... "

Suara klakson sebuah motor membuatku terkejut

"Ma, Mama"... Ada penjual susu, mau ma, beli ya ma".. rengek seorang anak kepada Ibu paroh baya yang dipanggilnya mama.

Aku yang sedang duduk-duduk diteras rumah sambil menggeser-geserkan jempol ke layar Hp yang ku tatap dari tadi, sedikit terusik dengan kebisingan itu. Sesekali aku layangkan pandangan ke arah mereka.

"Ma, beli ya ma..." Rengek anak itu lagi. Kali ini rengekkannya membuatku ingin tahu lebih lanjut. Aku beranjak dari tempat dudukku dan sambil berdiri ku perhatikan mereka.

Mereka tetanggaku, keluarga Pak Iskandar, istrinya Bu Nani serta empat orang anak mereka, Nurul, Fathan, Fikran dan yang paling kecil bernama Fatih.

"Ma, ya Ma, beli ya Ma.." kembali anak yang bernama Fatih merengek sambil menarik-narik celemek hitam yang dipakai mamanya. Buk Nani yang sedang menjemur cucian mingguan itu, menatap Fatih. Dengan wajah datar dia merogoh saku celemek yang dia pakai. Sementara dua anak lainnya, Fathan dan Fikran memandang penuh harap di depan pintu.

Karena tidak menemukan di saku celemek, Buk Nani pun merogoh saku kiri dan kanan rok yang dia pakai, akhirnya, menyembulah uang dua puluh ribuan.

Melihat itu, Fikran langsung memanggil penjual susu tadi. "Ustad susu....!" "Ustad susu....!" Teriaknya. Aku geli dan merasa aneh dengan panggilan itu. Aku ingin tau, siapa yang mereka panggil dengan Ustad susu??.. dan kenapa mereka memanggil penjual susu itu dengan Ustad???...

Aku lihat penjual susu yang mereka panggil menoleh kebelakang, rupanya sepeda motor penjual susu itu sudah sedikit terlewat dari depan rumah mereka.

Fatih langsung menyambar uang dua puluh ribuan dari tangan mamanya. "Makasih Ma", katanya sambil berlalu. Buk Nani hanya tersenyum.

"Assalamualaikum", sapa bapak penjual susu itu setelah menghentikan motornya."Waalaikum salam", balas Fikran dan Fatih dengan sedikit malu-malu. Fathan, si abang hanya diam saja dan sedikit mengernyitkan keningnya.

Bapak penjual susu membuka helm pelindung kepala yang dia pakai. "Oo.. Jadi Bapak ini yang dipanggil Ustad ?", batin ku. Bapak penjual susu itu memakai baju koko putih yang warnanya lebih dekat ke abu-abu, menandakan bahwa warna putih baju itu sudah memudar. Wajahnya teduh dengan jenggot yang rapi menggelantung di dagunya, dilengkapi dengan topi haji dikepalanya menambah bersih tampilannya. "Apakah karna bajunya ini anak-anak itu memanggilnya dengan Ustad" batinku.

"Mau rasa apa hari ini" tanya Bapak penjual susu. Anak-anak itupun berebut menyampaikan rasa susu pilihan mereka. "Fatih rasa melon", "Fikran rasa blueberry", sambung Fikran. "Awak raso coklat Om", kata si Abang Fathan dengan datar.

"Papa dan mama gimana", tanya bapak penjual susu itu sambil tersenyun. "O iya", kata Fatih, 'Kakak juga", gumamnya sambil berlari ke pintu rumah. "Mama..., papa..., kakak.., maunya rasa apa?'. "Rasa melon aja", kata mamanya, "untuk papa yang panas ya', sambung papanya. "Siap pa", katanya berlalu.

Sepertinya anggota keluarga rumah itu sudah langganan membeli susu murni ke bapak penjual susu itu. Tapi aku masih penasaran, kenapa mereka memanggil dengan sebutan ustad.

Di daerah ku, panggilan Ustad biasanya diberikan kepada seorang guru Agama, atau orang yang memberikan ceramah di Mesjid. Apakah bapak penjual susu itu seorang guru Agama?", Atau penceramah ?", Atau penjaga mesjid?", Berbagai dugaan menari dibenakku.

Kembali perhatianku tertuju kepada Bapak penjual susu yang sibuk memilihkan pesanan anak-anak tadi.

Tiba-tiba Bapak itu bertanya, "Siapa yang menciptakan kita?", "Allah", jawab anak-anak tadi hampir bersamaan. "Siapa yang menciptakan pohon, daun dan rumput ?", Allah", "wah pintar", kata bapak itu. Sesaat bapak itu mendongakkan kepalanya ke atas tempat dia berdiri, dia melihat buah durian menggelantung di dahan pohon itu. Melihat itu, anak- anak tadi juga ikut mendongakkan kepalanya keatas. "Nah... Siapa yang menciptakan durian itu?".. katanya lagi. "Allah !".. seru anak-anak tersebut dengan bersemangat.

"Nah.. sekarang mari kita mengucapkan lailaha illallah"... "Muhammdarrasulullah", sambung Fatih dengan sedikit berteriak. Bapak itupun mengulangi kalimat tadi beberapa kali diikuti oleh anak-anak tersebut.

Bapak itupun tersenyum, "anak pintar" gumamnya. "Ayo kita tos dulu". Bapak itu tos tosan dengan anak-anak itu satu persatu.

Akhirnya semua pesanan sudah lengkap, dan bapak itupun memasukan bungkusan susu tadi kedalm kantong kresek bening dan menyerahkan ke Fathan si Abang. Uang dua puluhan diserahkan Fatih, sambil berkata, "trimakasih ustad". "Sama-sama", "Assalamualaikum" jawab Bapak penjual susu itu. "Waalaikumussalam" jawab mereka lagi. Bapak itupun menghidupkan motornya dan berlalu.

Sampai bapak penjual susu itu hilang di tikungan jalan, aku belum mendapatkan jawaban yang pasti, kenapa anak-anak tadi memanggil bapak penjual susu itu dengan sebutan ustad. Akupun malas bertanya kepada tetanggaku itu, takut mengganggu mereka yang sedang berkumpul, bercengkrama sambil menyeruput susu yang mereka beli...

Bersambung......

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen

30 Jan
Balas

Saya rasa sipenjual susuu selalu mengingatkan keberadaan Allah dan kebesaranNya lewat pertanyaan2ringan tentang ciptaan Allah..

30 Jan
Balas



search

New Post