Erniwita

Mengikuti writing camp amatlah membahagian. Sebagai guru yang sangat awam dengan dunia tulis menulis. saya sangat termotivasi dengan adanya kegiatan ini d...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sebait Nama

Lama aku teemenung. Hujan masih deras mengucur. Petir bersahutan. Jalanan mulai digenangi air sebab selokan tersumbat. Berteduh di bawah halte menunggu angkot lewat aku kembali meringis sakit. Sakit yang terasa dijiwa. Melintas kembali peristiwa setengah jam yang lalu.

Aku bekerja sebagai pegawai honor di sebuah firma hukum. Baru masa percobaan. Aku bangga dapar bekerja di tempat sesuai kualifikasi pendidikanku. Aku melakukan tigas dengan maksimal maklumlah baru tamat studi dan sedang full energy. Pagi pergi pulang sore itu baru jadwal kerjaku.

Aku juga seorang istri setahun lalu menikah dengan kekasih dari masa SMA ku. Menjalin asmara tidak seperti remaja lainnya. Kami bertemu hanya waktu hari raya dengan dia berkunjung ke rumah. Aturan ketat dari ayahku melarang jalan berduaan tak berani ku langgar. Beda usia denganku tiga tahun lebih tua. Setelah dia dapat pekerjaan di sebuah perusahaan cukup ternama kemudian melamarku setahun yang lalu dan resmilah statusku berganti.

Sejam yang lalu aku ditugaskan kantor ke perusahaan tempat suamiku bekerja mengantarkan surat lelang atas perusahaan kecil yang hampir bangkrut. Di sinilah sebuah pemandangan yang takbiasa kulihat. Aku duduk di ruang tunggu menunggu stafnya melaporkan kedatanganku pada atasannya. Tak sengaja mataku melihat pintu lift di kiri duduk terbuka dan wajah yang tak asing itu sedang merangkul mesra seorang gadis cantik dengan pakaian kantor yang norak dan seksi keluar tertawa lebar. Darahku serasa mendidih. Memang aku tidak menelpon suamiku sebab urusanku ini karena mendadak dan mungkin ini hikmahnya. Dia terkejut melihatku sudah berdiri kaku menahan emosiku yang hampir pecah. Hilang sudah fokusku untuk pekerjaanku, berlari meninggalkan perusahaan itu tanpa menunggu penjelasan apapun dari suamiku. Menelpon bosku meminta maaf tidak bisa menyelesaikan misiku hari ini.

Angkot yang ku tunggu akhirnya datang dan dengan berpayung tas kerjaku aku naik seiring guyuran air hujan kuyupku tak kurasakan karena hatiku kuyup dengan kepedihan dan kekecewaan. Tertipu sudah aku dengan kemanjaan suamiku di rumah hingga bisa menutupi kebiasaannya di luar sana. Aku bukan berprasangka tapi yang lahir tampak di mataku menunjukkan yang batin. Kekagetan dan kegugupan suamiku tertangkap sudah.

#tantanganhari20

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih Bun...smga masalahnya selesai dengan kepala dingin ya...

30 May
Balas



search

New Post