BELAJAR DARI ALAM

Manusia dituntut terus belajar dan belajar serta dapat mengajarkan. Bahwa tidak ada batasan dalam belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sehingga ulama salaf mengungkapan "Tuntutlah ilmu dari buaian, hingga liang lahat ”. Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya ketika rambut beliau sudah tampak memutih. ”Sampai kapan Engkau masih bersama dengan wadah tinta?”. Orang tersebut heran ketika Imam Ahmad rahimahullah tetap bersama dengan alat-alat kertas dan wadah tinta untuk mencari ilmu, padahal usia beliau tidak lagi muda. Dengan sederhana ia menjawab, “Bersama wadah tinta sampai ke liang kubur". Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Seseorang dianggap telah belajar, jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Maka mengenal alam merupakan salah satu sumber dan tempat belajar bagi manusia. Di Minangkabau Sumatera Barat di kenal pepatah "alam takambang jadi guru". Alam yang terbentang luas hendaklah dijadikan sebagai guru agar kita belajar pada alam yang menyajikan berbagai fenomena. Alam terbentang luas senantiasa mengabarkan sebuah kearifan. Sejatinya pepatah yang familiar ini mengandung makna : pertama, menunjukkan sikap seseorang terhadap tanggung jawab yang seharusnya dilaksanakan dalam rangka pengembangan potensi diri. Kedua, menunjukkan kepada kita apa sesungguhnya sumber dari pengetahuan, teknologi dan keterampilan. Alam terbentang luas dengan isinya, menunjukkan sumber belajar dan juga sebagai sumber ilmu yang sesungguhnya. Alam sebagai sumber belajar yang sungguh dapat memenuhi kebutuhan kita semua yang sifatnya selalu ada sepanjang zaman. Alam adalah segala sesuatu yang ada selain Allah. Menurut Ibn Katsir, kata ” عالم” berasal dari kata “العلامة” yang artinya tanda, karena alam merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan adanya Pencipta Yang Maha Esa. Banyaknya alam yang diciptakan dan diperlihara oleh Allah dan sebagian darinya tidak diketahui oleh manusia. Karena terdapat dua jenis alam yang dijelaskan dalam al-Qu'ran, pertama alam syahadah yaitu, segala sesuatu yang dapat dipersepsi oleh indera seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, dan benda mati lainnya. Alam ini diketahui lewat pengamatan dan penyelidikan manusia dengan menggunakan sarana akal dan panca inderanya. Kedua alam ghaib yaitu, yang berada di luar kemampuan panca indera untuk mempersepsikannya, yang diketahui melalu wahyu dan iman. Secara konseptual terdapat kaitan antara ilmu, alam dan Allah sebagai Pencipta. Kata ‘ilm yang berasal dari akar kata ‘alima mengandung makna ‘alâmah, yang berarti petunjuk arah. Alam tidak hanya melingkupi benda-benda di luar diri manusia, melainkan juga termasuk manusia itu sendiri. Alam diciptakan sebagai anugerah yang mengandung kebaikan dan disediakan untuk manusia. Dengan demikian belajar dari alam akan membawa manusia kepada perubahan perilaku yang tepat. Bahwa pengenalan akan alam adalah pintu kepada entitas kekuatan yang lebih tinggi (supranatural power), yang berada di luar alam itu sendiri. Dan bahwa pengetahuan kepada alam akan mengantarkan seorang sampai kepada penghambaan yang benar serta bertauhid dengan segenap jiwa dan raga. Karena ia yakin bahwa, alam yang luas adalah bukti kekuasaan-Nya.

Surantih, 20 Maret 2020

Erpalzi

Sumber : https://muslim.or.id/29061-perjalanan-panjang-meraih-ilmu-bersabarlah.html https://mui-lplhsda.org/konsep-alam-dalam-islam/