CORONA ANTARA TAQDIR DAN IHKTIAR
CORONA, ANTARA TAQDIR DAN IHKTIAR
Tantangan menulis hari ke-7 Corona, begitu lah sebutannya. Kenapa Corona? Karena bentuknya seperti mahkota. Meskipun mahkota itu indah, yang namanya bahaya tetap bahaya. Seluruh dunia telah mengenalnya sebagai virus yang mematikan. Dia lebih populer dengan panggilan Covid-19. Dinamakan demikian, karena ia teridenfikasi oleh ahli medis melakuakan tindak pembunuhan pada manusia. Yaitu, pada desember 2019 di pasar tradisional Wuhan, China. Covid-19 dengan cepat membela diri dan berkembang. Ia sadar, tindakannya telah mencuri perhatian banyak orang, terutama ahli medis. Agar tidak ketahuan, ia menyelinap melalui manusia yang lalai dan menganggap remeh keberadaanya. Akhirnya, ia bisa menyebar keluar kota Wuhan. Bahkan ke negara luar China. Sekarang, ia telah melanglang buana kebelahan dunia. Termasuk Indonesia. Kabarnya baru teridenfikasi 2 maret 2020. Dalam rentang waktu 22 hari pada 23 maret 2020 , ia telah menyebabkan warga Indonesia positif terinfeksi sebanyak 579 orang. Termasuk petinggi negara ini, Bapak Menhub. Semoga wabah ini cepat berlalu. Aku, kamu dan kita semua serta tanah air yang kita cintai ini kembali normal. Lembaga pemerintahan telah membuat kebijakan dan maklumat. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Meskipun itu terlambat. Tapi lebih baik terlambat dari pada tidak mengambil tindakan sama sekali. Harus kita akui, kondisi seperti ini tim medis adalah garda terdepan melawan covid-19. Bahkan telah banyak yang gugur. Mereka hanya mita menahan diri dirumah untuk beberapa hari demi mengurangi penyebaran si mahkota kecil ini. Yang namanya warga +62, yang suka nyeleneh tetap juga nyeleneh. Sampai yang meremehkan Fatwa MUI dengan berbagai tudingan. Kondisi seperti ini, tidak seharusnya mengedepankan dagangan politik, kepentingan pribadi dan kesempatan memperkaya diri dalam kesempitan ekonomi. Mari kita tarik diri keluar sebagai panggilan rasa nasionalisme untuk kemanusiaan. Jika tidak mampu membantu dengan materi, setidaknya bantu dengan menekan ego untuk stay at home. Dan doa'akan mereka yang berjuang melawan Covid-19. Salah seorang warga +62 berkomentar. "Pakai masker terus, takut virus ya? Takut tidak sama Corona tapi sama yang menciptakan Corona, Allah. Kalau kita meninggal, itu sudah taqdir. Percuma bersorban tapi tidak punya iman." Saya sih sepakat kalau Corona adalah makluk yang di taqdirkan Allah hidup di bumi ini. Dan ada artikel menyebutkan dalam rentang 100 tahun terjadi wabah melanda dunia. Yaitu, tahun 1720, 1820, 1920, 2020. Mungkin itu sebuah kebetulan. Namun bagi saya, semua adalah skenario-Nya yang menakjubkan. Bagi saya antara Corona dan taqdir itu ada ikhtiar yang harus kita lakukan sebagai manusia. Setelah ada ihktiar untuk pencegahan diri agar terhindar corona, namun tetap juga meninggal karenanya. Baru itu taqdir Allah untuk kita. Pernah pada masa Saiyidina Umar dan rombongannya berencana pergi ke suatu desa. Beliau mendengar kabar bahwa di desa yang akan dihampirinya telah mewabah suatu penyakit menular. Akhirnya Sayidina Umar tidak melanjutkan perjalanannya kesana. Keputusan Sayidina Umar ini diprotes oleh sebagian sahabat. “Yaa Amirul Mukminin, apakah engkau lari dari Takdir Allah?” “Saya lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.” Saiyidina Umar menjawab sambil menjelaskan. Dengan demikian, jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatunya, tetapi manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar, dan setiap upaya dan usaha dari manusia pasti dihargai oleh Allah. Pada posisi inilah, ulama menjelaskan hubungan antara taqdir dan ikhtiar. Dengan mengelompokkan takdir dalam dua macam: Takdir Mu’allaq dan Mubram. Takdir Mu’allaq erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Takdir mendapat upah dari sebuah pekerjaan erat kaitannya dengan ikhtiar yang berarti bekerja. Adapun takdir Mubram terjadi pada diri manusia yang tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Surantih, 24 Maret 2020 Erpalzi, S.Pd
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar