Ervina Yuni Sinaga

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Boru Panggoaran (Anak Perempuan Sulung)

Bagi suku Batak, anak pertama adalah anak yang menjadi panggilan bagi kedua orangtuanya. Hal yang tabuh jika orangtua dipanggil dengan sebutan namanya langsung sekalipun pasangan tersebut belum memiliki keturunan. Jika belum memiliki keturunan, pasangan tersebut boleh dipanggil dengan sebutan “Ama ni si Paima” , bagi pria dan “Omak ni si Paima”, bagi wanita.

Anak perempuan sulung pada suku Batak dikenal dengan istilah “Boru Panggoaran”. Anak pertama merupakan harapan bagi kedua orangtua. Anak pertama dipercayakan sebagai tumpuan masa depan adik-adiknya. Kepercayaan bagi suku Batak bahwa jika anak pertama sukses dan berhasil (Hasea) maka adik-adiknya juga akan mengikuti hal yang sama. Jika sebaliknya, maka adik-adiknya pun akan mengikuti hal demikian. Sebagai anak pertama, sejak kecil kedua orangtuaku sudah menanamkan sikap disiplin yang kuat dan tanggung jawab penuh; dimulai dari pekerjaan rumah yang terkecil sampai yang terbesar.

Dahulu, semasa masih sekolah, orangtua selalu membawaku berkerja di sawah dan ladang. Meskipun kenyataannya aku tidak bisa bekerja, tetapi tetap saja mereka membawaku. Setidaknya aku bisa menyaksikan betapa sulitnya usaha untuk memperjuangkan kami anak-anaknya untuk bisa sekolah. Libur satu haripun kami tidak dibiarkan untuk bersantai-santai dirumah. Semuanya ikut serta berangkat bekerja disawah dan ladang.

Perjalanan menuju sawah ditempuh dengan berjalan kaki melewati sungai. Tangan tidak boleh kosong, setiap orang harus membawa sesuatu. Ada yang ditugaskan membawa cangkul, ada yang membawa perbekalan makanan/minuman, dll. Saat itu adikku diijinkan membawa sepeda dan pergi tanpa membawa apapun. Pastinya aku langsung protes. Tetapi kedua orangtuaku berkata “biarkanlah adikmu naik sepeda. Dia masih kecil”. “Anak yang paling besar harus mengalah”, Ibuku menambahkan.

“Anak paling besar harus bisa mengalah”, “anak paling besar harus bisa jaga adik-adiknya”, anak paling besar harus bisa jadi contoh baik untuk adik-adiknya”, dan masih banyak lagi kalimat-kalimat yang sering diucapkan oleh ibu ketika aku memprotes adik-adik, yang aku anggap selalu berada pada posisi aman dan nyaman. Bahkan disaat berantam, adik-adikku selalu mendapatkan pembelaan.

Waktu itu, mungkin aku tidak mengerti apa maksud dari semua yang selalu disampaikan oleh ibuku. Ibuku sering menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “Boru Panggoaran”. Disaat aku sedang marah, dia bernyanyi. Dan lagu itu sangat menyentuh dalam hati. Seiring berjalannya waktu, aku tumbuh dewasa dan aku memahaminya. Ternyata kedua orangtuaku selama ini tidak pernah membeda-bedakan kami anak-anaknya. Tidak pernah pilih-pilih kasih. Tidak pernah membenciku. Sebaliknya, kedua orangtuaku mempersiapkan “Boru Panggorannya” untuk bisa memiliki masa depan yang cerah. Mereka mempersiapkanku untuk bermental baja. Mereka membekaliku dengan pondasi yang kuat dan kokoh untuk menghadapi kehidupan yang keras.

Ya…, akulah Boru Panggoaran. Anak pertama sulung dari lima bersaudara.

Tegas dan displin, telah kudapatkan dari kedua orangtuaku. Didikannya mampu mengantarkanku menyelesaikan pendidikan. Dan impian kedua orangtuaku telah terwujud. Aku memiliki profesi yang sama dengan mereka, yaitu guru. Adik-adikku juga menyelesaikan pendidikannya masing-masing dengan baik. Dan diantara lima bersaudara, anak sulung dan bungsu kedua-duanya adalah guru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post