Ervina Yuni Sinaga

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kumpulan Cerita Tentang Pengasuh Anak-anakku

Part 5 -

Si Kakak Wati

Dengan kondisi badan pasca melahirkan, tidak memungkinkan jika aku bekerja seperti normal. Dan sambil menunggu pengasuh pengganti dapat, kami mempekerjakaan seorang wanita untuk bekerja di rumah. Awalnya, ibunya sendiri yang menawarkan diri untuk bekerja dirumah. Tapi entah mengapa sehari sebelum hari bekerja dimulai, ibunya datang kembali kerumah dan memberitahukan bahwa Ia akan digantikan oleh anak perempuannya. Namanya Wati. Kondisinya saat itu sedang hamil muda, dan oleh sebab itu, Wati bekerja hanya setengah hari saja. Datang pagi pulangnya siang saat aku sudah pulang dari sekolah. Tugasnya dirumah adalah mencuci dan menyetrika pakaian. Selesai beres-beres, Wati akan pulang kerumahnya. Begitulah setiap harinya. Sesekali aku memintanya untuk tinggal lebih lama tetapi kadang dia menolak.

Meskipun dalam kondisi hamil, Wati tetap melakukan pekerjaannya tanpa ada keluhan. Bergerak seperti biasa dan seolah-olah tidak merasakan sakitnya seorang ibu yang sedang mengidam. Tidak ada mual-mual, muntah atau indikasi ibu hamil lainnya. Menyikat kamar mandi, menyikat pakaian dilakukannya dengan baik. Sebagai sesame wanita, aku turut menjaga kehamilannya dengan tidak membiarkannya aktivitas angkat mengangkat beban dan aku selalu mengingatkannya untuk makan siang terlebih dahulu sebelum pulang kembali kerumahnya. Tak jarang aku memintanya untuk membawa pulang sebagian lauk yang ada dirumah.

“Bu, besok tidak kerja ya bu”, katanya padaku untuk minta ijin.

“loh, mengapa tidak bisa kerja? Kurang sehat ya?”, tanyaku balik

“Tidak bu, saya mau kesekolah adik saya”, jawabnya

“Tapi kan besok bisa setengah hari”, kataku

“sekalian ada urusan lainnya”, balasnya.

Akhir dari pembicaraan, dengan berat aku harus memberinya ijin untuk satu hari tidak masuk kerja. Apapun alasannya, aku sangat membutuhkannya saat itu. Keeseokan harinya, Wati ijin terlambat datang dengan alasan hujan. Berharap hujan segera reda agar Wati bisa segera tiba dirumah. Ternyata setelah sekali diberikan kelonggaran ijin, membuatnya ketagihan untuk minta ijin yang kesekian kalinya. Terkadang ijin terlambat masuk karena ada urusan keluarga. Terkadang juga ijin tidak masuk karena kurang sehat. Yang ujung-ujungnya, aku dan suami harus gotong-royong untuk mengurus anak-anak dan rumah.

Lelah hati lelah pikiran, dengan tegas kami memutuskan hubungan kontrak kerja dengan Wati. Dengan sangat halus, kami meminta Wati untuk lebih banyak istirahat dirumah demi kesehatan kandungannya. Keeseokan harinya, ibu si wati datang meminta maaf karena anak perempuannya sudah mengundurkan diri sebelum waktu yang sudah disepakati bersama. Wati hanya mampu bertahan selama 2 bulan penuh.

Bersambung.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post