Ervina Yuni Sinaga

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kumpulan Cerita Tentang Pengasuh Anak-anakku

Part 7

Bou IDA

Bou Ida adalah sosok seorang perempuan yang lemah lembut. Meskipun berasal dari suku Batak namun wajah lembutnya menutupi kesan garang dari seorang wanita Batak. Pengalamannya sebagai pengasuh tidak diragukan lagi. Dia sudah bertahun-tahun bekerja di Singapore. Dan tahun belakangan ini passportnya ditolak sehingga membuatnya tidak mampu lagi keluar masuk Negara Singapore.

Awalnya kami memintanya untuk tinggal menginap bersama kami namun dia tidak bersedia. Alasannya karena selama belum mendapatkan pekerjaan, ia sudah lama menumpang dirumah saudaranya. Dan tidak enak perasaan jika meninggalkan saudara iparnya yang sedang dalam keadaan hamil. Karena tidak bisa tinggal bersama, maka kami memintanya untuk pulang hari. Jam 5 pagi harus sudah berada dirumah. Dia pun menyanggupinya. Seminggu berjalan, dengan melihat kondisi dirumah yang penuh dengan anak-anak kecil, Bou Ida tidak tega dan memutuskan untuk tinggal menginap dirumah bersama kami. Dengan catatan setiap sabtu diijinkan pulang kerumahnya dan akan kembali pada hari minggu sore ataupun senin jam 5 pagi.

Tanpa ada keraguan dan kecanggungan, Bou Ida tampak menikmati pekerjaannya dirumah. Tidak perlu pelatihan, tidak perlu pendampingan, Bou Ida langsung sigap. Dengan sendirinya Bou Ida paham akan segala pekerjaan yang harus dia lakukan. Wah….ternyata gaji tinggi yang dimintanya memang setara dengan hasil kerjanya yang sangat memuaskan. Bangun pagi subuh, tidak lupa sholat terlebih dahulu. Setiap bangun pagi, aku selalu mendapati rumah sudah dalam keadaan bersih dan rapi. Makanan sudah tersedia diatas meja. Bangun pagi tugasku hanya mengurus anak bungsu yang akan berangkat sekolah. Itupun terkadang Si Bou Ida memintaku untuk segera bergegas berangkat kerja dan mengingatkan untuk tidak terlambat kerja.

Saat pulang kerja, sesekali aku menjumpainya sedang sibuk menyetrika sambil mengayun anak bungu yang masih berumur 6 bulan. Tangan kiri mengayun bayi, dan tangan kanan mengayun setrika. Sore hari anak-anak selalu dimandikan lebih awal dan diberi makan sebelum magrib. Semua pekerjaan rumah tidak ada yang tertinggal. Anak-anak makannya semakin teratur.

Anak-anak sangat dekat dengan Bou Ida. Mereka dimanja. Tidak pernah dimarah. Anak-anak ceria selalu dan senang berceloteh dengan Bou Ida. Dengan gampang, Bou Ida bisa mengarahkan anak-anak untuk melakukan banyak kegiatan seperti makan, tidur siang maupun mandi.  Mereka menuruti ajakan dari Bou Ida. Pandai memasak, pandai beres-beres rumah, dan pandai mengambil hati. Itulah ciri khas si Bou Ida. Kita dianggap seperti adik kandungnya.

“Dek, gaji kakak nanti tolong transferkan ke rek saudara dikampung ya”, pintanya padaku.

“Loh, emangnya ada keperluan apa kak?”, tanyaku

“Anakku kutitipkan dikampung. Jadi setiap bulannya harus mengirimi uang untuk kebutuhannya disana. Orangtuaku sudah tidak mampu bekerja lagi”, jelasnya padaku.

“maaf kak, kalau boleh tau kemana bapaknya kak?”, tanyaku lagi.

“Kami sudah lama pisah. Dia sudah punya istri baru dan kakak sudah lama tidak dinafkahi. Itulah penyebabnya kakak harus pergi meninggalkan anak kakak dikampung. Kakak pergi bekerja untuk menghidupi anak dan orangtua dikampung”, katanya padaku lagi.

“Wah….ternyata kakak wanita yang cukup kuat yach. Mampu berpisah dengan anak demi mencari nafkah dengan kondisi sudah ditinggalkan suami. Semangat ya kakak. Pasti akan ada kebaikan sebagai balasannya untuk kakak”, kataku untuk memberikan semangat.

Setelah bercerita panjang, ternyata si Bou Ida juga sudah mempunyai kekasih baru di Batam. Setiap hari sabtu si Bou Ida diantar dan dijemput oleh pria tersebut.

“jadi, pria yang sering jemput kakak itu siapa?”, tanyaku

“OOOoo…itulah pacar kakak yang sekarang. Dia juga seorang duda. Dalam waktu dekat kami berencana untuk pulang kampung dan akan menikah”, jelasnya.

“wah..selamat ya kakak. Mudah-mudahan rencana kakak berjalan lancer sampai hari H nya nanti”, kataku dengan pura-pura senyum. Dalam hati aku berkata bahwa tidak lama lagi si Bou Ida akan ijin berhenti bekerja karena akan menikah.

“Trus setelah menikah, kakak balik ke Batam lagi ga kak?”, tanyaku dengan polos.

“Belum tau dek. Masih dipertimbangkan karena anak-anak kami sama-sama sedang dititipkan dikampung dan kasihan jika harus dipindahkan sekolahnya”, jelasnya padaku.

Hmmmm…semakin jelaslah bahwa firasat Bou Ida tidak akan lama lagi bertahan dirumah. Padahal anak-anak sudah sangat dekat. Kita sekeluarga sangat nyaman dengan kehadiran si Bou Ida. Tanpa mengkhawatirkan segala rencananya untuk menikah, Si Bou ida tetap menjalankan pekerjaannya dengan baik tanpa ada kekurangan apapun. Bulan kedua dan ketiga, Bou ida masih memintaku untuk mentransfer sebagian dari gajinya.

Akan sangat sulit bagiku untuk melepaskan sosok pengasuh yang baik hati seperti Bou Ida. Orangnya rajin, tepat waktu, orangnya bersih, dekat dengan anak-anaknya, perduli dengan kesibukan kita, dan masih banyak hal lainnya yang membuatku kagum pada Si Bou Ida. Sebelum waktunya kembali kerumah, Bou Ida selalu mengusahakan anak-anak sudah dalam kondisi beres dan bersih. Anak-anak memeluk dan mencium pipi Bou. Anak-anak tidak lupa selalu berpesan “besok cepat datang ya Bou”. Dengan senyuman dia membalas, “Iya…besok bou pasti datang. Baik-baik sama mamanya yach”.

Saat  itu tibalah waktunya Si Bou Ida mengutarakan maksudnya untuk meminta ijin. Seminggu sebelum kepergiannya, Bou ida sudah meminta ijin. Dengan harapan dalam 1 minggu kami sudah mendapatkan penggantinya. Namun tidak semudah yang dipikirkan, pengasuh pengganti belum juga kunjung dapat. Dengan berat hati kami merelakannya untuk berangkat pulang kampung. Oleh-oleh dan cenderamata kupersiapkan sebagai tanda ucapan terima kasih. Dengan rasa terharu, Bou Ida menerimanya dan meneteskan air mata. “Sebenarnya kakak sudah sayang dengan semua anak-anak. Namun apadaya kakak harus pulang”, katanya sambil memelukku.

“pulanglah kak, kalau kakak mau…kakak bisa kembali bekerja kapan saja kakak perlu”, pintaku padanya.

Sore itu tepatnya pada hari sabtu adalah hari terakhir Bou Ida bekerja. Seperti biasa anak-anak mengikuti acara ibadah anak-anak. Dan Bou ida tidak pulang sampai anak-anak selesai acara dan kembali kerumah. Dengan melihat anak-anak yang sedang berjalan menuju rumah, Bou Ida mengejar dan memeluk anak-anak.

“Bou pamit ya dek….”

“Baik-baik dirumah. Jangan nakal sama mama ya….”, pesannya pada anak-anak.

Anak-anakku hanya terdiam sambil melihat si Bou Ida yang sudah membawa tas pakaiannya ditangan. Jemputan pun sudah tiba dan saat untuk berpisah. Lambaian tangan diatas sepeda motor menambah suasana semakin mengharukan. Air mata menetes mengantar kepergian Si Bou Ida. Satu doa dan harapan untuk Bou Ida, semoga Bou Ida akan mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan mendapatkan keluarga baru yang penuh kebahagiaan. Bou Ida bekerja hanya dalam waktu 3 bulan saja namun kedekatan kami dengannya membuat ikatan keluarga ini rasanya sudah seperti bertahun-tahun lamanya. Senang bisa mengenal sosok seorang Bou Ida.

Bersambung....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post