Terinspirasi dari ibadah tadi malam. Bacaan untuk khotbah diambil dari Alkitab versi Batak, (BIBEL). Injilnya diambil dari Poda. Poda adalah bahasa Batak yang artinya nasehat.

Tradisi dikampung khusus daerah Sumatera Utara, suku Batak, anak yang akan pergi merantau biasanya diberikan makanan khusus. Makanan khusus bukan berarti makanan enak seperti yang dibayangkan saat makan di restaurant.

Anak yang akan merantau dikasi makanan khusus menu sederhana, yakni masak ayam kampung. Maklum, zaman kami ayam kampung itu memang menu yang sudah masuk pada level luar biasa.

Anak yang akan berangkat merantau diberikan makanan enak dan dipersilahkan menjadi orang pertama yang mengambil makanan. Anak tersebut diminta mengambil bagian yang menjadi kesukaannya. Setelah makan, barulah anak tersebut diberikan nasehat (poda).

Tradisi ini merupakan cara yang masih dipakai para orangtua untuk memberikan nasehat kepada anak-anaknya. Nasehat merupakan bekal yang tidak akan pernah habis masa berlakunya. Kemanapun pergi sejauh apapun melangkah, nasehat tetap harus diingat dan dilaksanakan.

Nasehat (poda) pada umumnya didapatkan dari orang-orang terdekat kita. Bisa jadi dari orangtua, kakak abang, kakek/nenek dan saudara lainnya. Nasehat bisa didapatkan dari senior, dari atasan, dari saudara seiman, bahkan dari tetangga. Sebagai seorang pelajar, nasehat pada umumnya didapatkan dari orangtua dan guru.

Tidak jarang, ada orang yang tidak suka dinasehati. Mungkin merasa paling senior, merasa paling berpengalaman, merasa sudah ahli, atau alasan lainnya yang membuat seseorang tidak suka dinasehati alias ditegur.

Parahnya lagi, saat berbuat kesalahan, sering orang justru balik marah-marah jika dinasehati. Alangkah indahnya jika kita sudah berbuat salah, pengakuan diri dan minta maaf segera dilakukan. Lebih berterima kasihlah jika dinasehati. Nasehat itu ibarat emas murni.

Bersedihlah jika tak seorangpun yang menegur atau menasehati kita. Artinya tidak ada orang yang perduli dan sayang dengan kita. Dan sebaliknya. Dinasehati saja belum tentu bisa menjadi pribadi yang baik, apalagi tidak dinasehati.

Nah sebagai guru, sesulit apapun kondisi peserta didik, marilah perbanyak menasehati anak-anak. Dalam tatap muka, sisihkan waktu 5 menit saja untuk memberikan nasehat. Dan bukan berarti guru menghabiskan waktu pembelajaran hanya untuk nasehat belaka. Anak-anak akan bosan, pastinya.

Anak yang mendapatkan nasehat akan merasakan ada ikatan khusus dengan gurunya. Anak merasa lebih diperhatikan. Sesekali, eluslah kepalanya. Saat memberikan nasehat, tatap wajahnya. Sebagai bahan nasehat, berikan contoh nyata yang sudah kita alami saat kita berada pada usia mereka.

Anak yang bermasalah jangan dibiarkan. Memang peserta didik bukan sepenuhnya tanggung jawab guru. Ada orangtua yang lebih berperan didalamnya. Namun tetap saja guru harus berperan aktif khususnya dalam hal menasehati dan menegur. Sangat disayangkan jika saat anak bermasalah, ada guru yang sungkan memberikan nasehat atapun teguran.

Biarlah kita dianggap sebagai guru terburuk, guru paling cerewet, guru monster atau gelar lainnya saat kita sering memberikan nasehat atau teguran. Biarkan mereka memberikan gelar yang kurang mengenakkan ditelinga jika itu bisa mengantarkan mereka pada suatu pencapaian untuk sukses. Intinya nasehat adalah untuk kebaikan.

Jangan pelit dengan nasehat...

Jangan takut untuk cerewet dengan anak jika itu bisa menghentaknya untuk bisa lebih aktif dan kreative.

Salam Literasi