Ervina Yuni Sinaga

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Saat diambil oleh sang Pemilik

#Saat diambil oleh Sang Pemilik#

Masing masing kita manusia sudah mempunyai garis tangan yang berbeda beda, Sekalipun itu kembar. Baik itu kesehatan, pendidikan, ekonomi, pekerjaan, pangkat, rumah tangga maupun hal yang lainnya termasuk harta benda kekayaan.

Bagi yang sudah berkecukupan harta bendanya, bukan berarti dia kaya selamanya. Dalam kata lain, kekayaan itu bukan hak permanen. Ada waktunya nanti Sang Pemilik akan menariknya kembali.

Jika sudah berkecukupan, itu artinya kitalah yang saat ini diberikan kesempatan untuk menjadi tempat penitipan harta benda tersebut. Bisa jadi orang lain juga mendapatkan kesempatan yang sama dalam waktu yang berbeda.

Heran saja jika ada anak yang bangga kl orangtuanya kebetulan kaya. Dan kebanggaannya diwujudkan dengan perilaku Malas. Malas sekolah maupun bekerja. Yang kaya itu orangtua bukan anaknya. Jadi anak tetap harus belajar dan bekerja keras.

Katakan saja ada satu keluarga yang kehidupannya berada diposisi sangat berkecukupan.

Segala kebutuhan terpenuhi dan tidak jarang tanpa diminta, segala sesuatu sudah tersedia. Segala fasilitas didapatkan dengan mudah.

Dan Sang Ibu juga menikmati kemewahan tersebut dengan praktek tidak pernah masak. Hari hari selalu menggunakan jasa catering. Pakaian menggunakan jasa laundry. Arisan sana sini. Kendaraan roda empat standby di garasi.

Anak anak dimanjakan dengan segala sesuatu yang serba ada. Gadget super wah...Anak anak tidak pernah menemukan kesulitan untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Hingga saat musibah datang, semuanya berubah. Jangankan makan ke foodcourt, kulkas dirumahpun sudah berubah warna karena tidak ada penghuninya lagi.

Istri harus bekerja, bapak banting tulang. Anak anak bermasalah dalam sekolah. Sebagian hanya mampu menyelesaikan jenjang menengah atas saja. Bahkan hampir terancam putus sekolah. Disaat turun kelapangan, tidak ada dunia kerja yang menampungnya.

Tagihan disana sini dan kadang hampir tidak ada yang mau membantu memberikan pinjaman karena dulunya suka menolak menolong orang lain.

Life style dan kesombongan sudah berhasil menurunkan derajatnya.

Kekayaan itu ibarat kebun buah. Jika berbuah lebat, sang pemilik kebun tidak bisa memakannya sendiri. Harus bisa membiarkan orang untuk ikut mencicipi buah manis tersebut. Jika dibiarkan, maka buah tersebut akan berjatuhan dan busuk.

Jika kita diamanahkan kekayaan harta benda, kita juga harus bisa menjadi saluran berkat buat orang lain. Bukan menikmatinya sendiri. Sehingga pada saat susahpun, pertolongan akan selalu mengalir.

#Berbagi itu indah# perbanyak sedekah#

30 Maret 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Super sekali bunda. Semoga berbagi menjadi bagian dari kita. Salam literasi...

04 Apr
Balas

Salam literasi...dan salam kenall

04 Apr
Balas



search

New Post