43.

"Di sini, Dok!"

Seorang dokter jaga yang sudah kukenal dengan baik, Dokter Elmiza mengarahkanku ke sebuah ruangan perawatan pasien gawat darurat.

Ketika kain pembatas kusibak, terlihat Mas Soni terbaring lemah dengan beberapa peralatan medis menempel di tubuhnya yang kian kurus

Sungguh pilu hatiku melihat pemandangan itu. Tak tahan rasanya, namun kucoba menguatkan diri sebisanya.

"Mas, gimana sudah enakan?"

Kuraih jemari tangannya yang terkulai lemah. Untuk sesaat hanya hening yang tercipta.

"Papa!"

Tetiba Sonia dan Zacky muncul menyingkap tabir penyekat. Mas Soni menoleh ke arah sumber suara. Lukisan senyum yang dipaksakan menyambut kedatangan kedua buah hatinya.

Binar matanya terlihat memancarkan semangat sehat.

"Sini sayang, peluk papa!"

Sonia dan Zacky menghambur memeluk ayah mereka yang dalam kondisi lemah tak berdaya.

Sungguh pemandangan yang mengiris kalbu.

"Doakan papa ya!"

Lirih terdengar suara Mas Soni disambut anggukan kecil Sonia dan Zacky

Aku keluar membiarkan mereka bertiga melepas rindu.

***

"Gimana kondisi pasien, Dok?"

Aku meminta penjelasan pada Dokter Elmiza yang menangani Mas Soni.

"Hipotensi dan hipoglikemia, Dok. Sehingga menyebabkan pasien tak sadarkan diri."

"Ada yang seriuskah?"

Tanyaku penuh selidik.

"InsyaAllah tidak, Dok. Obat rutin masih terus dikonsumsi. Semoga dalam dua atau tiga hari kedepan, kondisi pasien semakin membaik.

Aku kembali ke ruang perawatan Mas Soni, setelah menghaturkan terima kasih kepada Dokter Elmiza, rekan sejawatku.

Mas Soni terlihat lebih segar setelah bercengkrama dengan kedua buah hatinya. Semoga saja vitamin s yang barusan dia dapatkan, akan mempercepat proses pemulihannya.

Bersambung... .