Ternyata Suamiku ODHA (46)
46. Pembacaan Putusan Sidang
"Dengan mengucap Alhamdulillah sidang kami tutup. Tok... Tok... Tok."
Bunyi ketukan palu tiga kali oleh ibu hakim ketua, mengakhiri pembacaan putusan sidang gugat ceraiku terhadap Mas Soni.
Sesuai kesepakatan, kedua buah hati kami Sonia dan Zacky akan diasuh bersama. Walau semula Mas Soni menginginkan hak asuh atas mereka.
Aku juga tidak menuntut harta gono-gini.
Sehingga pembacaan putusan sidang tidak memakan waktu yang lama.
Baru kali ini disepanjang perjalanan usiaku, aku melakukan sesuatu yang bukan dari hatiku. Sesuatu yang sungguh tidak aku sukai namun semata-mata hanya menuruti keinginan Mas Soni.
Dan atas nama cinta, aku menurutinya. Aneh bin ajaib memang, namun nyata adanya.
Ach, hidup ini memang panggung sandiwara. Semua orang mendapatkan peran sesuai kapasitasnya
Setelah mendengar langsung putusan sidang, aku merasa seperti layang-layang yang putus talinya. Hampa menguasai jiwa ragaku.
"Hasbullah wa ni'mal wakil. Cukuplah Allah sebagai penolong ku."
Zikir yang kurapal berulang-ulang di dalam hati, kuniatkan sebagai obat bagi hatiku yang sedang hancur.
Setelah menyelesaikan administrasi, aku bergegas untuk pulang.
Di sepanjang perjalanan kala membelah keramaian, menyibak kepadatan lalu lintas. Aku teringat akan tausiyah ustaz Adi Hidayat yang kusimak melalui media sosial menjelang tidur semalam.
Sebuah nasehat robbani yang mengutip sebuah ayat,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).
Ya mungkin apa yang sedang menimpa diri ini, walau terasa sakit yang amat sangat namun akan membawa kebaikan untuk kami semua.
***
Jeritan alarm saat jarum jam terjebak di angka tiga, membangunkanku untuk memulai hari.
Guyuran air suci mensucikan merelaksasi seluruh saraf-saraf hingga ke ujungnya. Untuk selanjutnya menghamba pada pemilik semesta melalui rukuk dan sujud yang panjang.
Seperti biasanya, saat berangkat melaksanakan tugas, aku menyempatkan diri mengantar kedua buah hatiku ke sekolah. Mereka berdua bersekolah di SD Islam Terpadu di kawasan Solo Baru. Hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari rumah sakit tempatku bekerja.
"Belajar yang sungguh-sungguh ya, Nak!"
Sonia dan Zacky mengangguk lalu secara bergantian mencium punggung tanganku dan aku membalas dengan ciuman di kepala dan kedua pipi mereka.
Maka demikianlah, sesampainya di rumah sakit aku sudah ditunggu olah puluhan pasien dengan aneka ragam keluhan.
Dan aku sungguh bersyukur dan bahagia menjalani profesi ini. Profesi yang menjadi cita-citaku di masa kecil dulu.
Aku tenggelam dalam aktivitas rutin ini, hingga tak terasa putaran waktu berjalan sangat cepat. Membawaku melalui hari-hari dengan penuh warna.
Sebulan telah berlalu aku menyandang predikat sebagai singel parent. Dan telah sebulan pula aku tak menerima kabar dari Mas Soni. Ada rasa kehilangan di palung hatiku yang terdalam.
Walau bagaimanapun, perpisahan selalu meninggalkan luka. Luka yang hanya akan pulih seiring dengan berjalannya sang waktu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Episode pahit yang harus dijalani. Hiks. Semangat selalu ya, Bu Dokter
Asiyap Bu Guru. Thanks untuk supportnya.
cerita yg menarik
Terima kasih sudah berkenan singgah, Bun. Barokallah
Masya Allah cerita yang menarik dengan diksi-diksi yang indah. Lanjut Jeng.
Alhamdulillah. Terima kasih apresiasinya neng geulis. Barokallah.
Keren ceritanya, Bu. Salam sukses selalu.
Alhamdulillah. Terima kasih. Sukses juga untuk ibu sekeluarga. Barokallah
Semoga sabar dan tabah. Sakitnya berpisah tapi masih cinta. Ceritanya semakin menarik Bu...
Masih berlanjutkah ceritanya bund
Insya Allah Neng
Betul bun, dunia ini panggung sandiwara. Kisah yang pilu, semoga anak2 tidak terkena dampaknya bunda Yarnita
Aamiin. Terima kasih untuk apresiasinya Bun. Barokallah
Wauw..wauw...kerennya crt ini. Dtggu lanjutannya ya Dinda. Sht sllu
Aamiin. Oma juga
Ceritanya menarik. Semoga lukanya mendapatkan obat segera. Salam literasi.
Aamiin. Terima kasih supportnya Bi. Barokallah
Cerita yang makin menarik. Semoga sehat dan bahagia selalu Bunda.
Aamiin. Panjenengan juga