PENGALAMAN YANG TIDAK TERLUPAKAN
PENGALAMAN YANG TAK TERLUPAKAN
Kami bertiga memutuskan untuk melatih tiga lagu. Lagu pertama yang kami nyanyikan adalah milik band ternama dari luar negri, band “Green Day”. Lagu tersebut perlahan- lahan tidak tertarik dimainkan, kami bertiga yang memainkan alat musik, termasuk saya sendiri yang memainkan drum, tidak ada yang fasih mengucapkan bahasa grup band tersebut.
Kami memilih memainkan lagu milik grup band bangsa sendiri, yaitu lagu ayah karya kues plus, naff judulnya terendap laraku, lagu pasha ungu yang berjudul bulan rhamadan. Berulang-ulang kali kami melatihnya, sampai dua puluh kali latihan, kalau dihitung dengan hari, lamanya tiga bulan.
Satu kali masuk studio rental kami harus patungan, uang kami dapat dengan mengeluarkan keringat sendiri. Indra gitaris band kami, peras keringat jadi kuli panggul sabut dengan kakeknya, ocep peras keringat jadi kuli panggul ngantar sembako dengan bapaknya, sedangkan saya sendiri peras keringat jual pucuk singkong. Waktu terus berlalu, kami mampu menguasai ketiga lagu, sampailah pada saat yang seumur hidup tidak pernah terlupakan.
Didusun kami, setiap acara khitanan, mantenan, sampai acara malam tahun baru selalu dimeriahkan dengan hiburan musik band campur dangdut orchestra. Disaat seperti ini, seluruh warga kampung berdatangan untuk menyaksikan dan mendengarkan lagu kesayangannya.
Indra negosiasi dengan pentolan orchestra, akhirnya kami mendapatkan bagian untuk mengumandangkan lagu kesayangan kami untuk warga kampung. Detik jam berdetuk mengiringi debaran detak jantung, tetapi tak pernah teerpikir oleh kami bertiga bahwa ada hal yang belum kami persiapkan dengan mantap, yaitu keberanian memainkan di depan orang banyak.
Sampailah giliran kami, ketukan pertama aku mulai, wargapun bertepuk tangan, kami mulai merasa percaya diri. Apa yang terjadi, direff pertama aku merasakan keanehan, suara drum ketimur, gitar melodi keutara, dan gitar bas keselatan, hancur lagu saat itu. Sedetik setelah itu, botol aqua terbang kearahku, disusul sandal jepit dan batok kelapa kearah Indra dan ocep. “bukan gitar gambus”….”bukan gitar maian” syup terdengar sambil kami bertiga menyingkir ke belakang panggung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ha..ha ketawa sendiri saya, pasti lucu banget mengingat kisah itu ya kan?
Haha... ngakak aku bang. Mantap ceritenye
MOHON DIMOTIVASI
SALAH JUDUL HOP TAPI SE TERLANJUR DI KIRI DAK DAPAT DITARIK
sip kalo jadi buku, pasti benjol kepalaku