Eryka Syams

Bunda guru di SMA Muhammadiyah Cileungsi, sdh. 25th..mengajar B.Indonesia dan Seni Budaya. Memiliki putra 2 orang yg.sdh.beranjak dewasa. Kegiatan sekaran...

Selengkapnya
Navigasi Web

Artikel

ADAB MURID TERHADAP GURU

ADAB ISLAMI : Dasar keilmuan itu tidak dapat diperoleh dengan belajar sendiri dari kitab, namun harus bimbingan seorang guru ahli yang akan membuka pintu-pintu ilmu baginya, agar engkau selamat dari kesalahan dan ketergelinciran. Karena itu, hendaknya engkau menjaga kehormatannya, yang mana itu adalah tanda keberhasilan, kesuksesan, serta engkau akan bisa mendapatkan ilmu dan taufiq. Jadikanlah gurumu orang yang engkau hormati, hargai, agungkan, dan berlakulah yang lembut. Berlakulah penuh sopan santun kepadanya saat duduk bersama, berbicara kepadanya, saat bertanya dan mendengar pelajaran, bersikap baik saat membuka lembaran kitab di hadapannya.

Jangan banyak bicara dan berdebat dengannya. Jangan mendahuluinya, baik dalam bicara maupun saat jalan. Jangan banyak berbicara kepadanya dan jangan memotong pembicaraannya, baik di tengah-tengah pelajaran maupun lainnya. Jangan ngotot bisa mendapatkan jawaban darinya. Jauhilah banyak bertanya terutama sekali kalau di tengah khalayak ramai, karena itu akan membuatmu berbangga diri, namun bagi gurumu akan membuat bosan. Janganlah engkau memanggilnya hanya dengan namanya saja, atau hanya dengan gelarnya saja. Jangan sebut namanya karena itu lebih sopan. Jangan memanggil dengan mengatakan: "Kamu," juga jangan memanggilnya dari jarak jauh, kecuali kalau terpaksa. Sebagaimana tidak layak bagimu memanggil bapak kandungmu: "Wahai fulan," atau "wahai bapakku fulan," maka hal itu juga tidak pantas bagi gurumu.

Selalulah bersikap hormat terhadap majelis ilmu, dan nampakkanlah kegembiraan dan bisa mengambil faidah saat belajar. Perhatikanlah apa yang disebutkan oleh Allah Ta'ala tentang sikap yang sopan terhadap Rasulullah, orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. "Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain) ...." (An-Nuur: 63).

Ada dua pendapat tentang tafsir ayat ini. Pertama, janganlah kalian memanggil Rasulullah dengan menyebut namanya, sebagaimana kalian saling memanggil antara sesama kalian. Penafsiran ini yang dimaksud penulis dalam kajian ini. Kedua, janganlah kalian menjadikan seruan Rasulullah saw. kepada kalian seperti seruan kalian kepada sesama, tetapi kalian harus menjawabnya dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Jika engkau mengetahui kesalahan atau kebimbangan gurumu, janganlah jadikan itu alasan untuk meremehkannya, karena itulah yang akan menjadi sebab engkau tidak akan memperoleh ilmu, dan siapakah orangnya yang tidak pernah salah? Hati-hati, jangan sampai membuat gusar guru Anda, hindari perang urat saraf dengannya, dalam artian jangan menguji kemampuan ilmiah maupun ketabahan guru Anda. Dan, kalau engkau ingin pindah belajar kepada guru lain, maka mintalah izin kepadanya, karena sikap ini lebih menunjukkan bahwa engkau menghormatinya, serta lebih bisa membuatnya mencintai dan menyayangimu.

Dan, masih banyak adab sipan santun lainnya yang bisa diketahui secara fithrah oleh orang yang diberi taufik oleh Allah Ta'ala untuk bisa menjaga kehormatan gurumu yang merupakan "ayahmu dalam beragama" atau apa yang disebut oleh sebagian undang-undang denan nama "persusuan etika". Dan penamaan oleh sebagian ulama dengan "ayah dalam agama" lebih layak. Sedang meninggalkan penamaan itu lebih baik.

Dan ketahuilah bahwa dengan kadar engkau menjaga kehormatan gurumu, maka engkau akan mendapatkan kesuksesan dan keberhasilan, sebaliknya kalau engkau meremehkannya, maka itu tanda kegagalan. Peringatan penting: Saya memohon kepada Allah, semoga melindungimu dari perbuatan orang 'ajam (non-Arab), juga dari ahli thariqat serta ahli bid'ah yang ada pada zaman ini. Di antaranya sikap tunduk yang keluar dari adab-adab yang syar'i, misalnya menjilati tangan guru, mencium pundaknya, memeang tangan kanan guru dengan kedua tangannya saat bersalaman seperti keadaan orang tua yang menyayangi anaknya, begitu juga menundukkan badan saat bersalaman, serta menggunakan kalimat yang menghinakan diri, seperti panggilan: "Wahai tuanku, majikanku," atau lafaz lainnya yang digunakan oleh para pembantu atau budak. Lihatlah yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad Basyir al-Ibrahimi al-Jazairi (wafat tahun 1380 H) dalam kitab Al-Basha-ir karena pembahasannya sangat bagus.

Modal Utama Seorang Pelajar adalah dari Gurunya. Guru adalah teladan dalam akhlaknya yang baik dan perangainya yang mulia. Adapun mengenai masalah belajar darinya, maka itu hanyalah sebuah laba belaka. Hanya saja, janganlah kecintaanmu kepada gurumu menjatuhkanmu pada perbuatan tercela tanpa engkau sadari, padahal semua orang yang melihatmu mengetahuinya, jangan ikuti gaya suara dan nadanya, juga jangan ikuti gaya jalan dan gerakannya, karena syaikhmu menjadi seseorang yang mulia dengan ilmunya, oleh karena itu jangan ikuti dia dalam hal seperti ini. Ini sangat penting, kalau memang gurumu itu berakhlak mulia dan berperangai yang bagus, saat itu jadikan dia sebagai penutan.

Namun, kadang-kadang seorang guru bukan begitu atau mungkin ada sedikit kekurangan dalam akhlaknya, maka jangan ikuti dia. Jangan beralasan kalau engkau punya seorang guru yang berakhlak jelek lalu engkau mengikutinya, hanya dengan alasan bahwa dia itu gurumu. Aktivitas Guru dalam Menyampaikan Pelajarannya Aktivitas seorang guru (dalam menyampaikan pelajaran) haruslah sebatas kemampuan pelajar dalam mendengarkan, konsentrasi, dan bisa mengikuti pelajaran darinya.

Oleh karena itu, berhati-hatilah jangan sampai menjadi penyebab terputusnya ilmunya karena rasa malas, patah semangat, menyerah dan pikiran yang melayang ke mana-mana. Imam Al-Khatib al-Baghdadi berkata, "Hak semua ilmu itu hendaknya tidak diberikan kecuali kepada yang mencarinya, jangan diberikan kecuali kepada yang menginginkannya.

Kalau seorang guru sudah melihat adanya patah semangat pada murid-muridnya, maka hendaklah dia diam, karena sebagian ulama mengatakan, 'Aktivitas orang yang bicara itu harus sebatas kepahaman mendengar'."

Kemudian beliau meriwayatkan dari Zaid bin Wahab berkata, berkata 'Abdullah: "Bicaralah kepada orang yang masih memperhatikanmu dengan pandangan mata mereka, tetapi kalau engkau sudah melihat tanda kebosanan, maka berhentilah." (Lihat Al-Jami' [I/330]).

Mencatat Penjelasan Guru saat Belajar Hal ini berbeda antara satu guru dengan guru lainnya, maka pahamilah masalah ini. Dan ini ada adab-adab dan syaratnya. Adapun adabnya adalah engkau harus memberitahukan kepada gurumu bahwa engkau akan menulis atau engkau telah menulis sesuatu yang engkau dengar sendiri. Adapun syaratnya adalah engkau harus memberitahukan bahwa apa yang engkau tulis itu adalah apa yang kamu dengar pada saat beliau menerangkan pelajaran.

Pada zaman ini seorang murid boleh jadi tidak butuh untuk mencatat keterangan guru saat pelajaran, karena sekarang sudah ada kaset rekaman, yang akan merekam segala yang dikatakan guru dari awal sampai akhir, yang dengan itu engkau tinggal mencatat dari rekaman hal yang engkau anggap penting untuk dicatat. Dan engkau harus memberitahukan gurumu bahwa engkau akan mencatat, juga kalau engkau ingin merekam maka beri tahukan dulu, karena barangkali sang guru tersebut tidak ingin mencatat ucapannya sedikit pun.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sebuah PR besar bagi kita para guru. Semoga diberikan kekuatan.

06 May
Balas

Setuju Bu.. Paparan yg luar biasa

06 May
Balas



search

New Post