Erza Surya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kedekatan di antara Ubi Jalar Goreng

Kedekatan di antara Ubi Jalar Goreng

  Sore menjadi saat-saat yang ditunggu di rumah. Emak dan Imah akan menghabiskan waktu sore setelah memasak dan melakukan kegiatan lainnya dengan duduk manis di depan teras lantai atas sembari menyaksikan tetangga atau orang-orang yang lewat lalu lalang.

   Biasanya kegiatan duduk ini ditemani segelas teh manis—tidak terlalu manis sedikit hambar, atau kurang gula. Dan sepiring kecil camilan sebelum makan sore jam enam setiap hari.

   Kali ini menu yang menemani teh sore mereka adalah ubi jalar. Ubi ini diambil dari kebun yang tak jauh dari rumah—sawah depan rumah dijadikan emak untuk menanam ubi jalar sepetak kecil. Hasil kebun sawah itu mencukupi kebutuhan makanan keluarga mereka dengan baik. Apalagi setelah dibongkar, emak akan menanaminya lagi dengan ubi tersebut, setelah tanahnya dicampur dengan kompos terlebih dahulu.

   Ubi jalar yang diambil emak, diolah menjadi goreng. Kalau biasanya ubi hanya dipotong tipis berdaging, kemudian dicelupkan ke adonan tepung, maka kali ini sedikit berbeda.  Imah memotong ubi berbentuk korek api, sepanjang telunjuk, kemudian baru mencelupkannya ke dalam adonan tepung yang diberi bawang putih, sedikit merica, bawang merah dan daun bawang. Itu eksperimennya akibat bosan makan goreng ubi biasa yang rasanya manis.

   "Kenapa pula kau beri tepungnya bumbu bakwan?" tanya emak saat mengolah masakannya.

   "Bosan, Mak. Manis-manis saja camilan kita kebanyakan. Imah tak terlalu suka dengan yang manis, kecuali coklat sesekali dan es krim. Imah suka yang pedas," jelasnya ke emak.

   "Apa tak lain pula rasanya tu ubi kau begituin? Bisa-bisa rasanya seperti sambal saja," heran emak.

   "Tak apa, Mak. Emang agak sedikit rasa sambal kalau nanti disediakan cabe rawit mentah," balas Imah lagi sambil nyengir.

   "Idih, nih anak ada-ada saja kepandaiannya." Emak berlalu dari dapur meninggalkan gadisnya yang berkutat dengan adonan goreng ubi.

   Goreng ubi yang masih menyisakan panas terhidang di meja, di depan anak dan emak itu beserta secangkir teh untuk mereka masing-masing. Tak sabaran rasanya perut menerima nutrisi itu. Apalagi udara sore yang berangin membuat hidangan itu cocok untuk suasana yang ada 

   "Kenapa masih ragu, Mak?" tanya gadis memecah keraguan emak yang menatap goreng ubi di meja.

   "Belum tercecap, sudah lain terasa oleh, Mak," jawab beliau.

   "Ini, Imah coba. Mmmmmhmmm, nyamm, eenak, Mmmak," katanya mencomot satu goreng dan melahapnya. 

   Dengan ragu-ragu emak mengambil satu goreng yang ada. Mengigitnya sedikit, mengunyah dengan pelan, dan merasakannya. 

   "Hmmmm, iniii, ini rasanya agak seperti bakwan, tapi manis ubinya juga ada. Gimana, yaa, mmmmhhm, enak juga," tanggap beliau setelah merasakanya.

   Tak terasa goreng itu pun habis. Emak yang awalnya ragu, malah mampu menghabiskan lebih banyak dari anaknya. Beliau mengakui kalau rasa goreng itu lebih enak dari goreng ubi yang biasa mereka buat.

   "Kali ini kau menang, Mah. Sekarang kau cucilah piring dan gelas minuman ini. Setengah jam lagi kita makan!" perintah emak.

   "Yaaa deh, Maakkk." Jawaban khasnya sekali lagi muncul.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedapnya ubi jalar bila di goreng dan buat kolak

31 Mar
Balas



search

New Post