Erza Surya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kelapa di atas Kepala

Kelapa di atas Kepala

Jam setengah tujuh pagi, udara di luar terasa sangat segar. Apalagi sehabis berkutat dengan debu dan sampah di rumah. Ditambah pula dengan masakan untuk sarapan pagi yang diolah setelah shalat subuh.

   Emak berdiri di pinggir jalan, di depan rumah. Diperhatikannya rumput yang menyubur dipinggir jalan, kiri dan kanannya membuat pemandangan sangat terganggu. Apalagi rumah terletak di pinggir jalan. Jadi kesannya rumah dipenuhi semak.

   Segera emak mencari cangkul dan sabit. Bermodalkan tenaga terbatas sebagai seorang perempuan yang sudah melalui hidup setengah abad, beliau bersemangat menaklukkan rumput liar yang menghambat pandangan. 

   "Imaaahhh, kau bantulah Emak ke sini. Kita selesaikan rumput-rumput yang menyemak ini. Sakit mata Mak melihat," teriak emak ke anak gadisnya yang belum juga selesai menyeruput tehnya. Padahal teh itu telah dingin, andaikan ditinggal begitu saja, mungkin semut sudah bersuka cita.

   "Iyaaa, Mak. Bentar," jawab Imah kemudian mencari sandalnya.

   "Ini sungguh tak nyaman dilihat," kata emak setelah Imah sampai.

   "Kenapa tumben Mak mau membersihkan sekarang. Katanya tadi mau ke ladang mengambil ubi batang?" tanyanya.

   "Nanti sajalah, agak jam sembilan kita berangkat. Ini rumput membuat kita seperti tinggal di ladang saja," omel emak lagi.

   Maka pagi itu mereka berdua gotongroyong menaklukan rumput yang dibenci. Sejam kemudian, pekerjaan itu akhirnya selesai. Imah berdiri kelelahan dengan tubuh bercucuran keringat, di bawah pohon kelapa. 

   Saat menengadah, kelapa muda merayunya dengan cantik. Menitiklah seleranya melihat itu.

   "Mak, kita ambil kelapa muda, ya. Haus ini," rayunya pada emak yang juga kelelahan.

   "Daaahh, kau pintar sekali merayu. Coba sana kau cari bambu untuk mengambilnya, sekalian dengan kaitnya!" tanggap emak.

   "Yeee, Mak. Kan Imah jarang makan kelapa muda. Paling sekali setahun saja," rayunya lagi.

   "Udah, sana. Kau cari yang Emak katakan tadi!" usir beliau.

   Akhirnya emak luluh juga. Kelapa muda yang di atas kepala tadi akhirnya mendarat juga di tanah. Untunglah tidak pecah. Karena biasanya kelapa muda rentan pecah jika dijatuhkan dari ketinggian. 

   Berdua mereka menyeruput satu buah kelapa muda, kemudian membelahnya. Itu karena Imah membatasi dirinya untuk mengonsumsinya karena suhu tubuh gadis itu cepat panas setiap kali menghabiskan satu buah kelapa muda.

   "Makasih ya, Mak. Mak baikkk banget, deh," gadis itu tiba-tiba memeluk emaknya.

   "Ya, ya kau pintar merayu emak. Sekarang bersihkan lagi sisa tempurungnya ini. Susun di sudut sana. Jangan sampai orang-orang jijik pula melihat sampah begini!" tukas emak memerintah.

   "Yaaa deh, Maaakkk." Gadis itu beranjak segera mengangkut sampah kelapa muda ke tempat yang ditunjukkan emak. 

   Ahh, emak memang yang terbaik.

  

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

segernya kelapa mudanya. Cerita fakta atau imajinasi saja bu

01 Apr
Balas



search

New Post