Erza Surya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisruh Sepotong Martabak
Tantanganke–1

Kisruh Sepotong Martabak

   Semalam Aina tidur dengan gelisah. Ia bermimpi bertemu dengan nenek yang sangat dicintainya. Andaikan saja jarak tidak memisahkan mereka dengan begitu jauh, maka Aina sudah sampai menjelang siang ini di hadapan neneknya.

   Neneknya selama ini sangat memanjakan Aina dengan penuh kasih sayang dan apa yang beliau berikan ke cucunya tersebut sudah sewajarnya, mengingat Aina adalah remaja yang baik, penurut, dan memiliki adab yang baik.

   Di mimpinya, nenek membelikan Aina sebuah martabak manis dengan isi kacang ditambah selai coklat. Martabak itu merupakan kesukaan Aina sedari kecil. Setiap bertemu nenek, beliau akan membelikannya. 

   Akibat mimpi itu, pagi-pagi sekali Aina sudah berniat ke pasar membeli martabak tersebut. Kalau Aina adalah ibu-ibu hamil, mungkin malam tadi ia akan minta suaminya untuk  membelikan martabak itu, akibat begitu inginnya ia memakan, sehingga tidurnya jadi gelisah.

   Sayangnya, siang hari tak ada penjual martabak yang beroperasi. Maka dipendamlah keinginan itu sampai sore. Karena keinginan ini pulalah, Aina sengaja tidak makan banyak. Ia takut nanti kekenyngan, sehingga martabak itu tak bisa dinikmati dengan baik.

   "Hmmmm, nanti aq masukin saja ke tas martabaknya. Kalau keliatan sama adik, bisa habis tu punyaku diminta." Aina manggut-manggut sendiri menyusun rencana.

   Sore pun datang, Aina bergegas mencari penjual martabak manis dengan pilihan isi sesuai keinginannya. Setela berputar-putar beberapa kali di sekitar pasar, akhirnya yang dicari bertemu. Dipesannyalah martabak manis dengan isi kacang ditambah selai coklat satu porsi sedang. Setelah si penjual membungkus, Aina segera memasukkannya ke dalam tas.

   Sesampai di rumah, tak seorang pun yang ditemuinya. Biasanya ada adik laki-lakinya, Doni, ada ibu dan bapak, serta nenek dari pihak ibu. Tapi kali ini, tak seorang pun yang ditemui. 

   Setelah Aina menelpon Doni, barulah ia tahu kalau keluarganya pergi ke luar daerah, ke tempat familynya yang sakit. Mengingat jarak perjalanan keluarganya yang jauh, Aina berpendapat, bahwa mereka akan menginap di sana. Jadi, ia pun berinisiatif berkunjung ke rumah sahabatnya yang berjarak satu kilometer dari rumah.

   Martabak yang sudah dibeli, di keluarkna dari tas. Dicomotlah sepotong oleh Aina. "Mmmmm, mhmhhhh..., manis."

   Sisanya martabak yang masih banyak disimpan di kulkas, sebab jika tidak dimasukan ke sana, bisa-bisa semut akan bergadang pula.

   Setelah mandi dan berganti pakaian, Aina segera menuju rumah temannya. Tak lupa pula penerangan rumah dihidupkan, sebab ia tak tau aoakah akan bisa pulang cepat atau malah telat, sehanis magrib. Dan tentunya rumah dikunci seperti biasa.

   Tak terasa, malam sudah mendatangi bumi, kegelapan mulai bertahta. Aina pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya, saat jam tangannya menunjukkan angka delapan. Setelah shalat isya di rumah temannya, ia pun pamit.

   Sesampai di rumah, Aina mendapati pintu rumah terbuka, dan mobil ayahnya terparkir di depan. Artinya, keluarganya sudah pulang. 

   Tiba-tiba Aina menjadi panik, ia ingat martabak yang ditinggalkan di kulkas. Segera saja ia masuk tanpa mengucapkan salam. Langsung nyelonong ke daour, memeriksa kulkas, dan tiba-tiba ia memekik,  "Ibu..., siapa yang ngabisin martabak Aina?"

   Ibunya yang berada di kamar mandi, masih belepotan sabun, menjadi kaget dengan teriakan putrinya itu. "Ainaaa, bisa tidak tidak kamu tak teriak-teriak," seru ibunya sembari melongokkan kepala dari pintu kamar mandi.

   "Tapi Bu, punya Aina tak ada lagi. Tadi Aina letakkan di kulkas sebelum ke rumah teman." Aina segera berlalu ke ruang tamu, dihempaskan badannya di sana sambil bertampang kesal, marah, dan juga sedih.

   Setelah ibu, bapak, dan adiknya berkumpul di ruang keluarga, Aina mulai mengajukan kesalnya. Namun, tak seorang pun dari mereka yang mengambil martabak di kulkas. Akhirnya Aina menduga, bahwa neneklah yang mengambilnya. 

  Nenek yang dituduh pun bengong, beliua tidak mengakui telah mengambil. Aina makin kesal, matanya sudha memerah. Sedangkan ayah masuk ke kamar sebelah.

   "Na, inikah yang kamu cari?" Ayah keluar dari kamar sebelah, yang biasa dipakai adik dan keluarga lain untuk membaca. 

   "Mana?" Aina datang tergopoh-gopoh menyonsong ayahnya.

   "Apa bukan ini?"

   "Astaga, Yah. Kenapa punya Aina di kamar itu sih. Tadikan Aina masukin ke kulkas. Benar, Yah!" 

   "Mungkin kamu yang ceroboh. Pikiranmu menyimpannya ke kulkas, padahal masih kamu letakkan di meja. Lain kali ingat-ingat apa yang akan dikerjakan itu."

   "Tapi, Yah. Sungguh kok, Aina simpan di kulkas."

   "Sekarang minta maaf sama adikmu, tuh dia mau nagis kamu tuduh-tuduh!"

   "Yah, kenapa harus minta maaf, kan aina nyimpan di kulkas." Aina masih saja memprotes dengan wajah merah.

   "Tak ada tapi-tapi. Ini bukti, martabakmu sudah penuh semut, hancur, dan sama sekali tidak terasa dingin. Itu artinya kamu yang ceroboh. Sudah, sana!" Ayah mengusir Aina ke ruang keluarga lagi.

   Setelah dipikir-dipikir dan diingat-ingat lagi, Aina masih tak mengerti kenapa maryabak yang jelas-jelas sudah dimasukinnya ke kulkas bisa ada di kamar sebelah. 

   "Astaga, maaakkk. Ya, ampun. Aku benar-benar pikun." Aina menepuk jidatnya sendiri. Ternyata memang ia yang salah. Akibat terburu-buru, ia jadi lupa. Malah yang dimasukin ke kulkas bukan martabak, tapi handbodynya. 

   "Don, maafin kakak ya. Kakak yang lupa. Nyatanya kakak tak memasukan martabak ke kulkas. Maaf, ya." Aina mencubit kecil pipi Doni yang sedikit cubby.

   Ah, andaikan ia tak tamak untuk menghabiskan martabak sendiri, tentulah sekarang ia bisa menikmatinya bersama keluarganya, meski hanya sepotong kecil perorang. Kini Aina sadar, perlunya berbagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ..., barakallah bu ...

22 Mar
Balas

Hmmmm..sedapnye

15 Mar
Balas

Mntak ainaa

14 Mar
Balas

Haryenti...Pek lah Un

14 Mar
Balas



search

New Post