Kita Kenapa
Rembulan, bintang tak mampu menghalau gelap
Yang menyelimuti kisah kita.
Selalu ada derai air mata tumpah
Dan bermuara pada resah.
Kita kenapa terus begini
Bermain-main pada kobaran rasa
Yang sama
Atau bermain-main pada basahnya
Rasa
Hingga duka karena luka selalu tercipta.
Kita kenapa tiada henti
Bergumul dalam pancingan amarah
Atau bergumul dalam ejekan
Kemudian lagilagi luka menggila.
Kita harusnya sadar
Pada alpa yang tak pernah diakui
Yang telah memporandakan tiang
Padahal baru ia dipancang.
Solok, 1 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Begitulah manusia, tak mau mengalah dan kalah..