Erza Surya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Obat dan Penyakit
#TantanganHarike_3

Obat dan Penyakit

Cuaca yang tak menentu benar-benar membuat kondisi tubuh gampang "down". Pagi dingin menusuk kulit sampai ke tulang, sehingga Imah berangkat kerja dengan menggunakan jaket tebalnya. Jam sepuluh pagi, ia sudah kegerahan.

Kata emaknya di rumah sebelum berangkat, "Mah, kau pakailah jaket sekarang, sebab dingin pagi bisa membuat kau sakit perut pula sesampai di kantor. Jangan kau lupa, jangan menyentuh makanan yang akan membuat suhu tubuhmu panas!"

"Yoo, Mak. Tak mungkinlah aku makan atau minum sesuatu yang akan membuatku sakit. Aku pergi dululah, Mak." Imah mengambil kunci motor dan memasang jaket serta helmnya.

Di kantor, teman-teman Imah malah berencana membeli es krim yang di atasnya disiram susu coklat dan ditaburi meises coklat. Ah, membayangkannya saja, Imah sudah merasa makin haus. Namun ia ingat percakapan dengan maknya pagi tadi. Kalau minum es itu bisa membuat tubuh jadi gampang sakit di saat cuaca sebegini panasnya.

Pulang dari kantor sorenya, Imah membuka pintu setelah mak menjawab salam dari dapur. Rupanya beliau sibuk dengan olahan "lapek pisang".

"Apa buat tu, Mak?" tanya Imah menghampiri mak sambil mencopot kaus kakinya satu persatu.

Mak melotot ke Imah, "Kau ini tak tau kebersihan, apa. Sana kaus kaki dibuka di situ!" Mak menunjuk ke arah tempat rak-rak sepatu terletak.

"Ya, Mak..., bukannya menjawab, malah main usir aja." Imah ngeloyor ke luar dari dapur menuju ruang makan.

"Wah, ada manggis!" seru Imah kegirangan. Kemudian ia berseru ke maknya, "mak, manggisnya tak ambil sebuah, ya?"

Belum jadi Imah membuka manggis, mak datang dari dapur tergopoh-gopoh, "Oiii, Mah. Tak tau kau kalau itu manggis buat bu RT." Mak menggambil manggis yang masih dipegang Imah.

"Mak, akukan cuma minta satu. Lagian yang satu itu sebagai obat seleraku yang sudah lama terasa. Ini seperti orang ngidam aku, Mak. Please, Mak. Satu saja deh!" Imah merajuk dengan mata "puppy eyes" nya.

"Kau ini benar-benar tak tau sakit. Pagi tadi Mak bilang jauhi makanan yang begini. Malah merajuk kau sekarang. Sana pergi, ganti pakaianmu." Mak mendorong Imah agar segera beranjak, "awas, jangan coba-coba kau ambil manggis ini. Mak hitung jumlahnya. Penyakit kau bilang obat."

"Ya deh, Mak. Jangan segitu amat pelitnya. Sebuah saja masa membuat sakit." Imah berjalan gontai ke kamarnya. Terpaksalah ia menahan selera lagi. Kalau sudah bicara dengan mak, pasti ia akan kalah dengan alasan beliau. Imah pasrah saja.

"Yah, mak lagi yang menang." Imah menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Manggis nan manis masih terbayang di matanya, dan terpaksalah ia manyun lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus Bundaa. Manggis, mengingatkan saya akan cerita nenek dulu. bahwa manggis tidak boleh makan bareng gula. bisa mabuk katanya. maka sampai sekarang saya gk mau coba. apa iya apa gk tak tahu juga.. hehehe

16 Mar
Balas



search

New Post