Puding Lumut yang Mengocok Perut
Di meja makan tersaji sebuah puding berwarna hijau. Sekilas melihat seperti lumut. Bagian bawahnya berwarna putih selapis tipis dan ditutup dengan lapisan terbawah sekali berwarna coklat tua.
Kata emak nama puding itu adalah puding lumut. Puding yang sangat tepat tersaji untuk waktu siang yang terik. Dingin dan kenyal. Tentunya sangat enak.
Imah dengan ragu-ragu memotongnya. Seiris tipis puding diambilnya, kemudian menggigitnya. Tercium bau samar telur, namun bau itu tertutup oleh bau pandan. Dengan perut masih belum terlalu pulih akibat selesai muntah, ia paksakan juga demi menghilangkan rasa penasaran pada puding yang menggugah selera itu.
Rasa dingin, manis, dan lembut berpadu di mulutnya. Aroma pandan yang wangi juga membuat puding yang disantapnya terasa semakin menggiurkan. Akhirnya sepotong tipis puding pertama lolos ke perutnya.
"Nah, katamu tak suka itu puding. Kenapa sekarang potonganmu malah besar-besar?" tanya emak menggagetkan Imah yang masih sibuk dengan kunyahannya.
"Imah coba-coba saja tadi, Mak. Penasaran dengan tampilannya yang menarik. Apalagi rasa susu, coklat, dan pandannya menambah kesempurnaan olahan, Mak," jelasnya.
"Mak kira kau benar-benar akan menolak memakannya. Terpikir oleh Mak tadi mau memberikannya saja ke tetangga," kata beliau lagi.
Sebelumnya, Imah muntah-muntah saat ia mendengar suara kocokan telur yang tertangkap dari arah dapur. Padahal saat itu ia baru meloloskan dua buah tahu isi ke perutnya. Dengan segera ia berlari kencang turun dari lantai atas menuju toilet untuk membuang kembali isi perutnya yang serasa ikut dikocok-kocok.
Tak lama kemudian ia keluar dari toilet dan menjauh dari rumah sampai tak terdengar lagi suara kocokan telur yang berasal dari kegiatan emak.
Ia agak anti dengan kocokan telur. Sebab waktu kecil pernah dicekokin telur kocok oleh emak sebagai obat batuk. Rasa amis menyerang hidungnya, apalagi saat ditelan, rasa amis ikut tersangkut di kerongkongan, meski pun kocokan telur itu sudah diberi perasan jeruk nipis dan madu. Setelah menelannya, perut gadis itu bergolak. Minuman tadi kembali dikeluarkan. Akibatnya rasa amis makin menguasai mulut dan kerongkongannya.
Tak lama kemudian, emak selesai dengan kocokan telurnya di dapur memanggil Imah. "Mahhh, kau ambil daun pandan agak tiga helai, cepat!" teriak beliau.
Imah yang diteriaki melakukan perintah emak dan segera datang setelah yang dicarinya didapat.
"Ini, Mak. Memang apa yang Mak buat? Imah dengar Mak mengocok telur segitu kencang bunyinya. Perut ini tak tahan, Mak," tanya dan protesnya.
"Kau sana sajalah, tunggu apa yang Mak buat selesai. Kau tinggal cicipi saja nanti biar kau tahu suka atau tidaknya," usir beliau.
Maka gadis itu segera berlalu kembali ke kamarnya. Ia berberes-beres. Dirapikannya lagi tempat tidurnya, buku-buku disusun kembali ke rak-rak buku, dan beberapa pakaian yang masih bertumpuk setelah dicuci dilipatnya saja dulu karena masih malas untuk menyetrika.
Lama kemudian barulah ia keluar kamar. Ia penasaran dengan apa yang dibuat emaknya tadi. Maka ia pun segera ke ruang makan dan mendapati puding lumut.
Meski puding lumut itu awalnya mengocok perut, namun akhirnya malah membuat perut Imah adem karena efek dingin dari puding yang menurunkan kembali suhu tubuhnya dari dalam.
Emak memang pintar kalau soal masakan. Dan Imah juga pintar soal memakannya hingga tak tanggung-tanggung jenis masakan emak yang sudah dilahapnya.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makan dalam angan. Moga dapat kiriman poding. Salam sukses bu
Jadi pengin lihat puding lumut ....
Padahal pudingnya dr telur yg dikocok emak tadi ya mah... Imah.. Imah..