Sate Ceker dan Tusukan
"Disini aku menunggu, dalam gelap yang mencekam. Berharap hadirmu meski hanya bayang-bayang." Alunan musik mendayu-dayu terdengar dari kamar di lantai atas. Sedangkan yang empunya kamar, asyik duduk di teras atas menikmati sepoi-sepoi angin di tengah cuaca yang panas terik.
Imah, si gadis yang beranjak dewasa sempurna, yang sebentar lagi siap menjadi seorang istri, dan siap pula menjadi seorang ibu bagi anaknya, mengikuti alunan musik yang berputar, sedangkan buku yang dibacanya malah terabaikan.
Abang dan istrinya tadi pagi sudah berangkat ke kampung sang istri. Anak perempuannya tak jadi menyusul karena demam. Jadi sebagai orang tua, mereka yang memutuskan untuk kembali ke sana. Maka rumah pun kembali sepi. Hanya ada Imah dan emak.
Sore segera datang, emak selesai pula dengan urusan dapurnya yang dibantu oleh anak gadis beliau. Berdua mereka bekerja dengan bahu-membahu. Sejam kemudian, masakan selesai. Namun, belum waktunya makan sore. Sehingga emak berusah sibuk dengan beres-beres rumah. Sedangkan Imah sibuk pula memikirkan perutnya yang minta jajanan.
Akhirnya terpikirlah oleh gadis itu sate. Apalagi barusan ia melihat anak tetangga yang lewat memakan sate ceker. Jadi ia pun menyetop anak tersebut untuk di tanyai.
"Riko, dimana Kau beli sate ceker itu?" tanyanya
"Eeh, disana Uni, di samping rumah Anto Pitok," jawabnya sembari menggigit ceker dari tusukannya.
"Berapa harganya, Ko?"
"Murah, Uni. Lima ribu saja dapat 3 ceker dan diberi pula ketupatnya," jawab polos si kecil. Anak itu pun segera berlalu setelah dilihatnya Imah hanya diam sambil manggut-manggut.
Tak lama kemudian, ia meraih kunci motor yang tergantung bersama kunci rumah di pintu masuk. "Maaak, Imah beli sate ceker bentar," pamit si gadis dari luar.
"Kau baliklah cepat!" jawab emak dari dalam.
Imah pun segera berlalu bersama motornya. Sesampai di kedai sate, ia pun memesan sate ceker 2 porsi. Sembari menunggu, empat buah kerupuk kuah oun selesai disantap bersama kuah sate yang disediakan si empunya kedai. Setelah pesanannya selesai, ia pun melaju lagi ke rumah.
Di rumah, emak sudah duduk cantik di teras bawah. Rupanya selesai beres-beres, emak mandi. Jadi emak segar lagi setelah mengeluarkan keringat saat bekerja tadi.
"Mana yang Kau beli?" tanya beliau setelah anak gadisnya sampai, mematikan motor dan berjalan ke teras.
"Ini. Mak makanlah. Ada satu tusukan sate telor puyuh, satu tusukan sate tahu, dan satu lagi tusukan sate ceker." Imah membuka bungkusan sate yang khusu dipesankan untuk emak.
"Kau memangnya pesan sate apa?" tanya beliau lagi melihat bungkusan sate Imah.
"Imah pesan sate ceker saja, Mak," jawabnya.
Imah dan emak sibuk dengan santapan masing-masing. Imah sudah hampir menyelesaikan santapannya, sedang emak masih bergulat dengan tusukan sate ceker yang terlepas.
"Selama itu Mak bergulat dengan tusukan doang. Mak pegang sajalah lagi dengan tangan," protes Imah yang melihat emak seakan-akan bermain dengan tusukan satenya.
"Kau pikir Emak mau kotor-kotor, ha!" emak membalas perkataan gadisnya.
"Ya, sudah. Bisa-bisa Mak baru selesai setelah magrib usai," sewot Imah lagi.
Emak tidak membalas, namun sibuk dengan tusukan satenya. Setelah lima menit bergulat, akhirnya ceker yang terlepas bisa ditusuk lagi. Dan emak pun sibuk menyelesaikan santapannya.
"Kau tahu pelajaran dari tusuk sate tadi?" tanya emak ke Imah yang masih terlihat sebal.
"Main-main begitu," jawabnya asalan.
"Eh, Kau dengar ya. Menusuk ceker tadi itu butuh kesabaran. Jikalau tak sabar, bisa-bisa belepotan. Ceker itu jika tergelincir di piring, kuahnya bakal mengenai pakaian. Dengan kesabaran, maka tangan tak akan belepotan, dan pakaian pun tetap terjaga, " jelas beliau pelan-pelan sembari merapikan bungkusan bekas sate dan memasukkannya ke tempat sampah, "selain itu, setiap pekerjaan yang dilakukan terburu-buru hasilnya tidak baik. Contohnya Kau menyuruh Emak memegangnya, saking tak sabarnya Kau."
"Iyaaa deh, Maaakkkk," si gadis mulai lagi menjawab dengan jawaban khasnya jika emak sudah mulai ceramah.
"Iya, iya. Tiap kali dinasehati selalu begitu. Sanalah Kau lagi, bersihkan badanmu itu!"
Nah, Imah kena sekali kena semprot emak. Maaakkkk, menang selallllluuuu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Eenaak....ja!