Segitiga Bergula
Seperti apa pun pemerintah melarang diadakannya keramaian, masyarakat tetap saja bandel. Khususnya daerah-daerah pedesaan yang jauh dari hingar bingar kota. Mereka tetap saja ada yang mengadakan acara pengajian, turun mandi, kendurian tanpa pesta seperti biasa namun tetap membuat kerumunan orang banyak berkumpul, dan ada juga yasinan mingguan.
Contohnya hari ini emak dapat panggilan dari tetangga untuk menghadiri acara aqiqah cucunya. Mengingat kasus covid tidak ada di daerah kami dan yang bepergian keluar daerah pun tak ada, maka emak memutuskan untuk memenuhi panggilan itu.
Dari rumah, emak sudah menyiapkan bawaan seperti beras, kado, dan sebuah cake. Semua itu dimasukan dalam bungkusan kain batik, diikat dan dijujung ke rumah yang mengadakan hajatan.
Di rumah yang dituju, setiap masyarakat yang membawa hantaran beras dan kado, akan diberi lopis, yaitu makanan dari beras ketan yang dimasak dengan menggunakan santan, dibungkus dengan daun pisang yang dibentuk seperti segitiga. Selain itu juga diberi tape ketan hitam. Tape ketan hitam ini merupakan hasil fermentasi ketan hitam yang siap dimasak seperti nasi, diberi ragi dan dibiarkan dalam bungkusan selama beberapa hari. Setelah jadi, ketan hitam itu akan diberi larutan gula pasir.
Lopis yang dibawa dari tempat hajatan ada lima buah, dan tape ketan hitam sebungkus. Biasanya tape ketan hitam itu dimakan bersamaan dengan lopis, si ketan segitiga.
Di rumah, Imah membuka bungkusan yang emak bawa, kemudian mengeluarkan isinya dan meletakkan di atas meja.
Segera saja ia ambil piring dan sendok. Tak sabaran begitu melihat ada tape dan lopis. Dibukanya lopis tersebut, dibelah, ternyata ada isinya di dalam. Kelapa parut bergula, yang disebut luo.
"Mak, ada gulanya ini. Imah makan tanpa tape, ya. Soalnya ragu, nanti suhu tubuh ini naik lagi, Mak," pintanya pada emak yang melepas lelah di kursi.
"Ya, makanlah. Kalau itu memang membuat suhumu naik, sebaiknya kau makan sedikit saja, itu kalau masih mau tape," kata emak mengingatkan.
Gadis itu makan lopis malah sampai dua buah. Mungkin karena kelapa yang bergula itu terasa harum dan manis. Sedangkan emak malah menghabiskan tape dan satu buah lopis. Ia sengaja meninggalkan dua buah lopis lagi, mana tau anak gadisnya itu nanti masih mau.
Benar saja, tak lama setelah itu lopis tadi tandas juga. Tinggallah daunnya saja yang terletak di atas meja. Sedangkan yang memakan malah asyik dengan gawainya.
Tentunya hal ini membuat emak berteriak lagi, "Maah, ke sini kau! Cepat!"
"Yaa, Maakk!" jawab yang dipanggil.
"Ini apa? Kenapa kulit lopisnya kau biarkan saja di meja. Sulit sekali kau bebersih tanpa emak suruh-suruh terus," emak mulai melotot.
"Dududuh, Makk. Jangan melotot gitulah. Imah buang deh sekarang. Tadikan siap Imah makan, panggilan masuk dari teman datang, makanya Imah berlari keluar menerima telponnya," ia lari ke dapur sambil nyengir dan membawa sampahnya.
"Idihhh, kau ini. Kalau dimarahi, diingatkan selalu saja begitu," emak protes melihat tingkah putrinya.
"Sabar, Emaakk sayaang," jawab enteng si gadis dari dapur.
Ingin rasanya emak menjewer anaknya itu seperti menjewer anak-anak. Tapi ini sudah gadis, tapi perangainya masih saja malas beres-beres tanpa diperintah.
Hadeeeuuhhh!

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ooonddeee lamak bana tu mah Eja
Segitiga Bermuda
Selama libur, sepertinya konsepnya selalu untuk menambah berat badan za!
Imah dan emak benar2 pasangan yg luar biasa
Yo.. sodap tu Za